ARTIKEL KESEHATAN : Stroke yang dulu seringkali menyerang penderita usia lanjut, sekarang makin banyak dijumpai kasus stroke terjadi pada orang yang lebih muda. Peningkatan kasus ini disinyalir sebagai akibat berubahnya pola hidup dan makan masyarakat.
Stroke sendiri merupakan penyakit terbesar ke tiga yang menyebabkan kematian setelah kanker dan penyakit jantung. Kalaupun sembuh, seringkali penyakit ini menimbulkan gejala sisa yang tidak ringan. Selain berimbas pada kecacatan fisik, stroke, juga bisa menyebabkan problema mental, keluarga, masalah sosial dan ekonomi.
Kejadian stroke di Amerika Serikat sekitar 700. 000 orang per tahun. Jadi setiap 45 detik rata – rata terjadi 1 kasus stroke. Sementara di Indonesia sekitar 500. 000 orang per tahun atau sekitar 1 menit ada satu orang yang terserang stroke. Jadi sudah sewajarnya kita waspada agar tidak termasuk satu diantara sekian jumlah penderita stroke.
Konsultan Medik Laboratorium Klinik Pramita Jl. Cik Ditiro No. 17 Yogyakarta dr. Yudianta Sp.S dan dr. Hepi Sulaksono menjelaskan , stroke termasuk penyakit serebrovaskuler ( pembuluh darah otak ) yang ditandai kematian jaringan otak ( infark serebral ) karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke Otak. WHO mendefinisikan Stroke adalah gejala – gejala defisit fungsi susunan saraf yang di akibatkan penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh lainnya.
“ Ada 2 macam Stroke. Pertama stroke hemorragik yang disebabkan pembuluh darah otak pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di Otak dan merusaknya. Hampir 70 % kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita Hipertensi, “ ujar dr. Hepi Sulaksono.
Kedua, Stroke Iskemik, dimana aliran darah ke Otak terhenti karena aterosklerosis ( penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah ) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke Otak. Sebagian besar atau sekitar 80 % pasien mengalami jenis Stroke iskemik ini.
Memang progresivitas stroke tidak semua sama, tetapi paling tidak diketahui ada 5 Gejala utama Stroke :
1. Merasa Lemah, tidak bertenaga, kesemutan atau mati rasa dibagian muka, lengan atau kaki terutama di satu sisi tubuh saja.
2. Penglihatan kabur atau menghilang pada satu sisi mata atau keduanya secara mendadak.
3. Kesulitan berjalan, pusing, atau menghilangnya keseimbangan / koordinasi tubuh secara mendadak.
4. Tiba – tiba menderita sakit kepala yang parah ( kadang disebut penderita sebagai sakit kepala terparah selama hidup ).
5. Kesulitan untuk berbicara, mengerti, atau bingung secara tiba – tiba.
Prof. Dr. dr. Samekto Wibowo P. Fark, Sp.FK ( K ), Sp.S ( K ) menegaskan, pengenalan dini penyakit stroke menjadi penting karena akan mempercepat penanganan kasus stroke, mengingat jika terlambat akan memperburuk prognosis penderita stroke baik risiko kematian ataupun kecacatan.
Sedangkan cara agar terhindar dari stroke meliputi pola hidup sehat dan menurunkan faktor resiko Stroke.
REAL TIME POLYMERASE CHAIN REACTION
Pola Hidup sehat diantaranya meningkatkan kebugaran jasmani dengan olah raga secara teratur, diet rendah lemak / Kolesterol, perbanyak sayuran hijau, buah – buahan dan makanan berserat, istirahat yang cukup, hidup rileks, selalu berpikir positif. Selain itu, perlu medical check – up rutin plus pemeriksaan Trans Cranial Doppler ( TCD ) berupa alat untuk mendeteksi resiko stroke.
Sedang menurunkan faktor resiko stroke yang bisa dikendalikan seperti hipertensi, penyakit jantung, hiperkolesterol, kencing manis, pernah terserang stroke sebelumnya, merokok, peminum alkohol dan stres baik dengan preventif ( kontrol rutin ) atau terapi Rutin.
“ Stroke dapat terjadi ketika sedang marah- marah, berpidato, bangun tidur, bahkan ada pula yang setelah tidur pulas tidak bangun lagi. Ada yang langsung meninggal, ada pula yang mengalami 2 – 3 kali dengan meninggalkan cacat yang makin lama makin parah, “ imbuh dr. Yudianta.
Menurut dr. Hepi Sulaksono, Trans Cranial Doppler ( TCD ) merupakan cara baru untuk mendeteksi resiko stroke. Ini berupa alat modern yang bisa membantu untuk mendeteksi sejauh mana seseorang beresiko terhadap stroke.
Alat ini digunakan untuk melihat kondisi dan fungsi pembuluh darah di otak. Di antaranya untuk mengevaluasi kecepatan aliran darah dan kemampuan Autoregulasi pembuluh darah Otak ( mengembang dan menyempitkanya pembuluh darah ).
“ Penambahan Alat TCD ini semakin melengkapi parameter pemeriksaan di Laboratorium Klinik Pramita setelah tahun yang lalu Laboratorium ini melaunchingkan pemeriksaan Brainstem – Evoked Respons Audiometry atau BERA, untuk memeriksa saraf / funsi pendengaran, “ imbuh Kepala Cabang Pramita Yogyakarta Andi Widiyanto.
Prinsip kerja alat ini mirip dengan USG, sehingga non – invasive dan sangat aman. Beberapa kondisi yang bisa dilakukan pemeriksaan TCD antara lain mendiagnosis penyakit / gangguan pembuluh darah di Otak, Vaospasme pasca perdarahan Subarachnoid, mendiagnosis stenosis intracranial, mendeteksi risiko cerebral emboli ( bekuan darah / timbunan lemak yang bisa menyumbat pembuluh darah ), memonitor aliran darah Otak pasca Operasi otak, mendukung diagnosis arterio venosa malformation, dan monitoring pasca trauma kepada.
Pada orang – orang dengan resiko penyakit kardiovaskuler tinggi seperti pada Hipertensi, diabetes, obesitas, dislipidemia ( hipercholesterol ), merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, maka alat ini akan sangat membantu untuk melihat stenosis intra cranial ( suatu penyempitan pembuluh darah di dalam ruang tengkorak ).
Adanya stenosis pada cabang – cabang pembuluh darah di Otak merupakan faktor resiko stroke di masa yang akan datang. Sedangkan stenosis sendiri sering kali hadir tanpa gejala apapun ( silent symptoms ) sehingga pemeriksaan TCD penting untuk mengetahui sejauhmana stenosis yang ada pada pembuluh darah di otak.
Post A Comment:
0 comments: