Dr. Suparyanto, M.Kes
Dinding pembuluh darah dan struktur jaringan yang ada disekitarnya berperan penting sebagai barier terhadap melintasnya makromolekuler seperti globulin dan albumin. Hal ini terjadi karena peran dari sel endotel pada kapiler, membran basal dari glomerulus dan epitel viseral. Makromolekular yang melintasi dinding kapiler berbanding terbalik dengan ukurannya. Hal ini akibat heparan sulfat proteoglikans yang terdapat pada dinding kapiler glomerulus menyebabkan pengaruh hambatan negatif pada makromolekuler seperti albumin. Adanya proses peradangan pada glomerulus berakibat perubahan ukuran barier dan hilangnya hambatan anionik sehingga terjadilah proteinuria. Mikroglobulin, α mikroglobulin, vasopresin, insulin dan hormon paratiroid secara bebas melalui filter glomerulus dan selanjutnya diabsorbsi serta dikatabolisme pada tubulus kontortus proksimalis. Kerusakan pada epitel tubulus proksimalis menyebabkan kegagalan untuk mereabsorbsi protein dengan berat molekul rendah yang selanjutnya keluar melalui urin (Jeanida, 2010)
2.1 Protein urin
2.1.1 Pengertian Protein Urin
Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya protein dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit di atas nilai normal (Bawazier, 2006).
2.1.2 Mekanisme Protein Urin
5
|
2.1.3 Macam-macam Pemeriksaan Protein Urin
Macam-macam pemeriksaan protein urin yaitu:
1. Pemeriksaan protein urin dengan metode sulfosalicil 20 %
Pemeriksaan terhadap protein merupakan pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, oleh karena itu dianjurkan menggunakan urin yang jernih dalam pemeriksaan terhadap protein (Gandasaoebrata,2007)
Adapun prinsip dari pemeriksaan asam sulfosalicil adalah adanya protein dalam urin dapat dinyatakan dengan penambahan asam sulfosalicil untuk mendekatkan ke titik isoelektris protein, dimana kekeruhan yang timbul dinilai secara semikuantitatif. Tes dengan asam sulfosalicil sangat peka yaitu adanya protein dalam konsentrasi 0,002 % dapat dinyatakan oleh tes ini. Kalau hasil tes ini negatif tidak perlu memikirkan kemungkinan adanya proteinuria (Gandasoebrata, 2007).
Prosedur pemeriksaan protein urin dengan asam sulfosalicil 20 % :
1. Alat:
a. Tabung reaksi.
b. Spiritus.
c. Penjepit tabung.
2. Bahan:
a. Asam sulfosalicil 20%.
b. Urin.
3. Cara kerja:
a. Siapkan 2 tabung reksi.
b. Isi tabung 1 dengan urin sebanyak 2 ml.
c. Isi tabung 2 dengan urin sebanyak 2 ml dan tambahkan 8 tetes asam sulfosalicil.
d. Kocok dan panaskan di atas nyala api sampai mendidih.
e. Dinginkan 1-3 menit.
f. Amati dengan membandingkan pada tabung 1.
g. Jika tabung 1 dan 2 sama dinyatakan protein dalam urin negatif.
h. Jika tabung 2 timbul kekeruhan dinyatakan protein dalam urin positif.
4. Cara penilaiannya:
a. Negatif (-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
b. Positif +1/1+: ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam kekeruhan itu
c. Positif++/2+: kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan
d. Positif +++/3+: urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping
e. Positif ++++/4+:urin sangat keruh an kekeruhan berkeping-keping besar, menggumpal dan memadat. (Gandasoebrata, 2007).
2. Pemeriksaan protein urin metode asam asetat 6 %
Pada pemeriksaan protein urin dengan asam asetat ini protein yang ada dalam koloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektris protein, pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan ke dalam urin (Gandasoebrata, 2007)
Percobaan dengan asam asetat ini cukup peka untuk klinik, yaitu sebanyak 0,004 % protein dapat dinyatakan dengan tes ini. Asam asetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya tiap konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat, oleh karena itu ada yang lebih suka memakai larutan penyangga pH 4,5 sebagai pengganti larutan asam asetat, sehingga dengan reagen ini adanya garam-garam untuk mempresipitasikan protein dengan sendirinya terjamin (Gandasoebrata, 2007)
Prosedur pemeriksaan protein urin dengan asam asetat 6%:
1. Alat:
a. Tabung reaksi
b. Api spiritus
c. Penjepit tabung
d. Korek api
2. Bahan:
a. Asam asetat 6%.
b. Urin
3. Cara kerja:
a. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml
b. Panaskan di atas nyala api dengan menggunakan penjepit tabung sampai mendidih.
c. Tetesi dengan asam asetat 1-3 tetes.
d. Diamkan 1-3 menit.
e. Jika kekeruhan hilang dinyatakan protein dalam urin negatif
f. Jika kekeruhan tetap ada dinyatakan protein dalam urin positif
4. cara penilaiannya:
a. Negatif (-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
b. Positif +/1+:ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam kekeruhan itu
c. Positif++/2+:kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan
d. Positif +++/3+:urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping
e. Positif ++++/4+:urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar, menggumpal dan memadat. (Gandasoebrata, 2007).
3. Pemeriksaan protein dengan Carik celup
Banyak pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan menggunakan carik celup. Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat dan mudah. Carik celup berupa secarik kertas plastik yang pada sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan peyerap lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin ada dalam urin. Adanya dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik. Pemeriksaan protein urin dengan carik celup ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor suhu dan cahaya matahari maka carik celup harus disimpan dengan baik (Gandasoebrata, 2007)
Prosedur pemeriksaan dengan cari celup:
1. Siapkan urin yang akan diperiksa
2. Kocok urin tersebut supaya urin dengan sedimen bisa tercampur
3. Celupkan carik ke dalam urin.
4. Hilangkan kelebihan urin yang melekat pada carik
5. Amati perubahan warna yang terjadi
6. Bandingkan dengan standart warna yang ada pada kit reagen (Gandasoebrata, 2007)
Post A Comment:
0 comments: