Penderita diabetes diwajibkan untuk memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, rutin berolahraga, teratur minum obat, dan melakukan kontrol rutin ke dokter. Hal ini karena banyak komplikasi serius yang dapat terjadi pada penderita diabetes, dan salah satunya adalah stroke.
Penyakit diabetes atau kencing manis ditandai dengan tingginya
kadar gula darah, baik akibat kurangnya jumlah insulin maupun akibat sel tubuh
tidak sensitif terhadap insulin. Menurut American Diabetes
Association, orang yang menderita diabetes memiliki risiko 1,5 kali
lebih besar untuk terkena stroke. Lantas, bagaimana sebenarnya
diabetes bisa mengakibatkan stroke?
Hubungan Diabetes dan Stroke
Diabetes dapat menyebabkan stroke jika gula darah tidak terkontrol
dengan baik. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dalam darah
dapat menyebabkan terbentuknya sumbatan dan deposit lemak di pembuluh darah.
Ketika pembuluh darah tersumbat, suplai oksigen dan darah ke otak akan
terganggu sehingga terjadilah penyakit stroke.
Risiko terjadinya penyakit stroke akan semakin meningkat jika penderita
sudah berusia di atas 50 tahun, memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi
minuman beralkohol, jarang berolahraga, mengalami obesitas, serta memiliki
riwayat penyakit jantung atau hipertensi.
Mengenali Gejala Stroke pada Penderita Diabetes
Ketika terkena stroke, penderita diabetes tiba-tiba akan mengalami
gejala berupa:
Wajah tampak turun pada satu sisi
Sebelah wajah penderita stroke akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan,
sehingga kelopak mata dan sudut bibir terlihat turun.
Kelemahan pada satu sisi anggota gerak
Penderita stroke juga dapat mengalami kelemahan atau kelumpuhan lengan
dan tungkai pada salah satu sisi tubuh.
Kesulitan berbicara
Stroke dapat membuat penderitanya mengalami kesulitan untuk berbicara,
bicaranya pelo, atau bahkan tidak mampu bicara sama sekali meskipun
terlihat sadar.
Selain itu, keluhan lain yang sering timbul ketika seseorang mengalami
stroke adalah gangguan kesadaran, sakit kepala yang berat, kehilangan
keseimbangan, gangguan penglihatan, dan mengompol akibat inkontinensia
urine. Inkontinensia urine pada penderita stroke terjadi karena adanya kelemahan
pada otot-otot yang berfungsi untuk menahan urine.
Pertolongan Pertama untuk Penderita Stroke
Penderita stroke perlu mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin
setelah gejala muncul. Bahkan, AHA (American Heart Association)
menyebutkan “time lost brain lost” ketika seseorang mengalami stroke
diperlukan, karena semakin banyak waktu yang hilang, kerusakan otak yang
terjadi akan semakin parah.
Golden period atau waktu emas penanganan stroke adalah 6
jam setelah serangan atau gejalanya muncul. Deteksi dan penanganan yang cepat
dan tepat akan menentukan kondisi pasien dan menurunkan risiko komplikasi yang
mungkin muncul ke depannya.
Berikut ini adalah pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika
terdapat orang atau keluarga di sekitar Anda mengalami gejala stroke:
- Segera dibawa ke rumah sakit
terdekat.
- Pastikan orang yang
mengalami stroke berada dalam posisi yang aman dan nyaman.
- Apabila penderita mengalami
kesulitan bernapas, longgarkan pakaian atau apa pun yang mengganggunya
bernapas, misalnya dasi atau syal.
- Hindari memberikan makanan,
minuman, atau obat apa pun, hingga dokter menyarankan sebaliknya.
- Apabila muncul gejala
kesulitan untuk menelan, miringkan posisi mereka.
Dalam kondisi darurat, dokter akan memberikan penanganan sesegera
mungkin untuk memastikan kondisi pasien tetap stabil. Kemudian, dokter akan
memberikan pengobatan sesuai dengan penyebab dan kondisi yang memicu stroke.
Pada stroke yang disebabkan oleh diabetes, umumnya penanganan yang dilakukan
oleh dokter adalah memberikan pengobatan untuk mengendalikan kadar gula darah
penderita.
Inkontinensia urine yang terjadi saat penderita diabetes mengalami
stroke juga harus mendapatkan penanganan. Selain menjalani fisioterapi,
penderita perlu mengenakan popok dewasa karena adanya keterbatasan dalam
bergerak.
Gunakan popok dewasa dengan daya serap yang baik dan daya tampung
maksimal agar pengguna tetap merasa nyaman dan rembesan urine tidak menyebabkan
kulit di sekitarnya lembap. Karena, kulit yang lembap mudah mengalami iritasi
dan infeksi, terutama pada penderita diabetes.
Popok dewasa bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, bila perlu, Anda
bisa memilih popok dewasa yang khusus digunakan untuk siang ataupun malam hari.
Pastikan juga ukuran popok pas, tidak terlalu sempit atau longgar, dan gantilah
popok secara rutin segera setelah kotor.
Hati-hati, penderita diabetes
lebih berisiko terkena stroke, apalagi jika kadar gula darahnya tidak
terkontrol. Oleh karena itu, cek kadar gula darah secara teratur, rutin
kontrol ke dokter, dan jalani pola hidup yang sehat.
Post A Comment:
0 comments: