Poliomyelitis atau polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan sangat menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.
Sebagian besar penderita polio adalah balita, terutama yang belum
menjalani imunisasi polio. Namun, polio dapat dialami oleh siapa saja tanpa
batasan usia. Selain kelumpuhan permanen, polio juga dapat menyebabkan gangguan
pada saraf pernapasan sehingga penderitanya kesulitan bernapas.
Penyebab Polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui
rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran
darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air
liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan
vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:
- Tinggal di daerah dengan
sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas
- Sedang hamil
- Memiliki sistem kekebalan
tubuh lemah, misalnya penderita AIDS
- Merawat anggota keluarga
yang terinfeksi virus polio
- Bekerja sebagai petugas
kesehatan yang menangani pasien polio
- Melakukan perjalanan ke
daerah yang pernah mengalami wabah polio
Gejala Polio
Sebagian besar penderita polio tidak menyadari bahwa diri mereka telah
terinfeksi polio, sebab virus polio pada awalnya hanya menimbulkan sedikit
gejala atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Meskipun demikian,
penderita polio tetap dapat menyebarkan virus dan menyebabkan infeksi pada
orang lain.
Berdasarkan gejala yang muncul, polio dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan (nonparalisis) dan polio yang
menyebabkan kelumpuhan (paralisis). Berikut adalah gejala kedua jenis
polio tersebut:
Polio nonparalisis
Polio nonparalisis adalah jenis polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan.
Gejala polio ini muncul 6-20 hari sejak terpapar virus dan bersifat ringan.
Gejala berlangsung selama 1-10 hari, dan akan menghilang dengan sendirinya.
Gejala tersebut meliputi:
- Demam
- Sakit kepala
- Radang tenggorokan
- Muntah
- Otot terasa lemah
- Kaku di bagian leher dan
punggung
- Nyeri dan mati rasa di
bagian lengan atau tungkai
Polio paralisis
Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara
permanen. Gejala awal polio paralisis serupa dengan polio nonparalisis. Namun
dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala berupa:
- Hilangnya refleks tubuh
- Ketegangan otot yang terasa
nyeri
- Tungkai atau lengan terasa
lemah
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan anak ke dokter jika muncul
gejala-gejala di atas. Meskipun jarang terjadi, polio paralisis dapat
menyebabkan kelumpuhan dengan sangat cepat, bahkan hanya dalam hitungan jam
setelah terinfeksi. Oleh karena itu, perlu diberikan penanganan medis sesegera
mungkin.
Diagnosis Polio
Polio dapat diketahui melalui pemeriksaan gejala, seperti kaku di bagian
leher dan punggung, serta sulit menelan dan bernapas. Pemeriksaan fisik juga
dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada refleks tubuh.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap
sampel dahak, tinja, atau cairan otak untuk mendeteksi keberadaan virus polio.
Pengobatan Polio
Dokter akan menganjurkan pasien untuk memperbanyak istirahat dan
memperbanyak konsumsi cairan untuk meredakan gejala yang muncul. Pengobatan
bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan
mencegah komplikasi. Obat-obatan yang umumnya digunakan adalah:
- Obat pereda nyeri
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat ini adalah ibuprofen. - Obat antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah ceftriaxone. - Obat pelemas otot
(antispasmodik)
Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini adalah tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat, kompres hangat juga dapat digunakan untuk meredakan ketegangan otot.
Dokter akan memasang alat bantu pernapasan pada pasien jika polio
menyebabkan gangguan pernapasan. Terkadang, operasi juga akan dilakukan untuk
memperbaiki kelainan bentuk lengan atau tungkai.
Sebenarnya, hingga kini belum ada pengobatan yang efektif untuk
menangani polio. Untuk mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, penderita
perlu menjalani fisioterapi.
Komplikasi Polio
Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:
- Kecacatan
- Kelainan bentuk tungkai dan
pinggul
- Kelumpuhan, baik sementara
atau permanen
- Kesulitan bernapas akibat
kelumpuhan otot saluran pernapasan
- Gagal napas
- Kematian
Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh orang yang pernah
terkena polio. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pascapolio. Gejala sindrom
pascapolio baru muncul 30 tahun atau lebih sejak penderita terinfeksi pertama
kali.
Gejala sindrom pascapolio meliputi:
- Sulit bernapas dan menelan
- Ingatan terganggu
- Gangguan tidur
- Depresi
- Semakin lemahnya otot dan
sendi
Pencegahan Polio
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi
polio. Vaksin polio mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan
aman diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ada dua
bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes mulut (OPV).
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat
setelah lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis,
baik dalam bentuk suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV). Berikut adalah
jadwal pemberian keempat dosis vaksin polio tersebut:
- Dosis pertama (polio-1)
diberikan saat usia 2 bulan.
- Dosis kedua (polio-2)
diberikan saat usia 3 bulan.
- Dosis ketiga (polio-3)
diberikan saat usia 4 bulan.
- Dosis terakhir diberikan
saat usia 18 bulan, sebagai dosis booster.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi
polio, pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di
seluruh wilayah Indonesia. Melalui kegiatan ini, semua bayi dan anak balita
(usia 0-59 bulan) akan diberikan vaksinasi polio tambahan tanpa
mempertimbangkan apakah imunisasinya sudah lengkap atau belum.
Vaksin polio untuk dewasa
Vaksin polio juga diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah
melakukan vaksinasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan
dalam bentuk suntik (IPV) yang terbagi menjadi tiga dosis. Berikut adalah
pembagian dosisnya:
- Dosis pertama dapat
diberikan kapan saja
- Dosis kedua diberikan dengan
jeda waktu 1-2 bulan
- Dosis ketiga diberikan
dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua
Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga
dianjurkan untuk melakukan vaksinasi polio. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
pencegahan ketika berinteraksi dengan penderita atau orang yang diduga
menderita polio.
Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian suntikan polio adalah
rasa nyeri dan kemerahan pada area suntikan. Beberapa orang mungkin mengalami alergi setelah
vaksinasi, dengan gejala berupa:
- Demam
- Pusing
- Tubuh terasa lemas
- Muncul ruam
- Jantung berdebar
- Sesak napas
Segera hubungi dokter jika Anda
mengalami gejala alergi tersebut.
Post A Comment:
0 comments: