Transplantasi saraf atau cangkok saraf adalah prosedur untuk mengganti dan menyambungkan saraf yang cedera. Saraf yang dijadikan sebagai pengganti bisa berasal dari tubuh pasien sendiri atau dari pendonor.
Saraf berfungsi untuk mengirimkan sinyal dari otak ke seluruh tubuh dan
sebaliknya. Bila saraf rusak akibat tekanan, peregangan, atau cedera, maka
fungsi pengiriman sinyal ini akan terganggu. Akibatnya, area yang diatur oleh
saraf tersebut bisa mengalami mati rasa. Jika saraf yang rusak ada
di otot, maka bisa memengaruhi pergerakan.
Transplantasi saraf dilakukan dengan membuang bagian saraf yang rusak,
kemudian menghubungkan dua ujung saraf tadi dengan saraf yang diambil dari
bagian tubuh lain. Untuk melakukan transplantasi saraf, ada 2 metode yang bisa
dilakukan, yaitu:
- Autologous nerve graft atau autograft,
yaitu cangkok saraf yang dilakukan dengan mengambil saraf dari bagian
tubuh pasien sendiri
- Allogenic nerve graft atau allograft,
yaitu cangkok saraf dengan mengambil saraf pengganti dari tubuh orang lain
(pendonor)
Tujuan dan Indikasi Transplantasi Saraf
Transplantasi saraf dilakukan pada pasien yang kehilangan sensasi dan
fungsi saraf akibat cedera. Beberapa jenis cedera yang mungkin menyebabkan
terjadinya kerusakan saraf dan perlu ditangani dengan transplantasi saraf
adalah:
- Cedera tertutup (di dalam
tubuh), baik karena terjatuh atau kecelakaan, yang tidak kunjung membaik
hingga 3 bulan sejak cedera
- Luka terbuka akibat cabikan
atau robekan yang mengenai saraf, terutama bila sampai menyebabkan mati
rasa atau lemah otot
- Cedera yang menyebabkan luka
remuk atau kerusakan saraf, misalnya akibat patah tulang, hematoma (penumpukan
darah yang tidak normal di luar pembuluh darah), dan sindrom
kompartemen.
Transplantasi saraf juga diperuntukkan bagi pasien gangguan saraf akibat
penyakit atau komplikasi setelah operasi, khususnya yang tidak bisa disembuhkan
oleh obat-obatan atau terapi.
Peringatan Sebelum Melakukan Transplantasi Saraf
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum melakukan transplantasi
saraf, di antaranya:
- Transplantasi saraf hanya
bisa dilakukan bila panjang saraf yang hendak diganti tidak lebih dari 3
cm, karena prosedur ini membutuhkan saraf donor dengan ukuran 10–20% lebih
panjang daripada panjang saraf yang cedera.
- Transplantasi saraf dengan
metode autograft dapat menyebabkan infeksi, mati rasa,
dan kehilangan fungsi saraf pada area saraf yang diambil.
- Autograft tidak dapat dilakukan
bila saraf yang cedera terlalu panjang. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya ketersediaan saraf pengganti.
- Transplantasi saraf dengan
metode allograft dapat memicu reaksi penolakan dari tubuh
penerima donor.
- Untuk mencegah efek samping
metode allograft, pasien akan diberikan obat penekan sistem
imun (imunosupresan). Namun, hal ini berisiko menyebabkan pasien
lebih rentan terserang penyakit infeksi.
Persiapan Sebelum Transplantasi Saraf
Jika akan menjalani transplantasi saraf, beri tahu dokter mengenai
riwayat penyakit yang Anda derita, termasuk bila Anda menderita alergi obat
atau alergi lain. Anda juga harus menginformasikan obat-obatan yang sedang Anda
konsumsi dan memberi tahu dokter bila Anda sering mengonsumsi minuman
beralkohol atau menyalahgunakan NAPZA.
Diskusikan dengan dokter mengenai lama perawatan, perlu atau tidaknya
membawa keluarga untuk menemani Anda pulang dari rumah sakit, dan waktu yang
tepat untuk mulai kembali beraktivitas.
Untuk memastikan bahwa pasien mengalami cedera saraf dan membutuhkan
transplantasi saraf, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut ini:
- Electromyography (EMG), yaitu tes untuk
mengukur seberapa baik kemampuan otot dalam merespons rangsangan yang
berasal dari saraf
- Nerve conduction study (NCS), yaitu tes untuk
mengukur aktivitas listrik di dalam saraf
Prosedur dan Tindakan Transplantasi Saraf
Sebelum transplantasi saraf dilakukan, dokter akan memberikan bius umum
terlebih dahulu. Selanjutnya, dokter akan menjalankan transplantasi saraf yang
tekniknya tergantung pada jenis transplantasi yang akan dilakukan. Berikut
adalah penjelasannya:
Autograft
Pada transplantasi ini, dokter akan membuat 2 irisan di tubuh pasien.
Irisan pertama di bagian yang cedera, dan irisan kedua di bagian yang hendak
dicangkokkan. Pada banyak kasus, saraf yang akan dicangkokkan diambil dari
lengan atau kaki.
Allograft
Secara keseluruhan, prosedur allograft sama seperti
prosedur pada autograft. Bedanya, dokter membuat 1 irisan pada
bagian yang cedera di tubuh pasien, dan 1 irisan pada bagian saraf yang hendak
didonorkan di tubuh pendonor.
Setelah irisan dibuat, dokter akan memotong saraf yang hendak didonorkan
untuk mengganti atau menyambung saraf yang rusak.
Pemulihan Setelah Transplantasi Saraf
Pada banyak kasus, pasien transplantasi saraf dapat kembali pulang ke
rumah di hari yang sama. Namun, hal ini sangat bergantung pada kondisi
masing-masing pasien. Beberapa pasien bisa menjalani rawat inap selama beberapa
hari jika kondisinya belum stabil.
Setelah transplantasi saraf, dokter akan meresepkan obat untuk meredakan
nyeri setelah operasi. Khusus pasien yang menjalani allograft,
dokter akan memberikan obat penekan sistem imun (imunosupresan).
Lama penyembuhan pasien tergantung pada panjang saraf yang diambil.
Selama masa penyembuhan, pasien disarankan untuk menjalani fisioterapi untuk
melatih dan menjaga kekuatan otot.
Perlu diketahui, pasien akan mengalami mati rasa pada bagian saraf yang
diambil, tetapi biasanya akan pulih secara bertahap dalam beberapa tahun.
Komplikasi dan Efek Samping Transplantasi Saraf
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penerima transplantasi saraf
adalah:
- Kehilangan fungsi saraf pada
area yang sarafnya diambil
- Pertumbuhan tumor jinak di
area saraf yang dicangkok
- Terbentuknya jaringan parut
di area bekas luka operasi
Post A Comment:
0 comments: