Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan mental dan saraf yang
tergolong dalam gangguan spektrum autisme. Anak dengan sindrom Asperger
mengalami gangguan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial, tetapi masih
memiliki kecerdasan dan kemampuan berbahasa yang baik.
Sindrom Asperger sedikit berbeda dengan gangguan spektrum
autisme lainnya. Pada autisme, penderitanya mengalami kemunduran
kecerdasan dan penguasaan bahasa. Sedangkan pada sindrom Asperger, penderita
cerdas dan mahir dalam bahasa, tetapi tampak canggung saat berkomunikasi atau
berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
Sindrom ini menyerang anak-anak dan bertahan hingga mereka dewasa. Meski
belum ditemukan obatnya, sindrom Asperger yang terdiagnosis dan tertangani
sejak dini bisa membantu penderitanya untuk meningkatkan potensi dan kemampuan
diri dalam berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain.
Penyebab Sindrom Asperger
Penyebab sindrom Asperger belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko timbulnya sindrom ini, yaitu:
- Kelainan genetik sehingga
menyebabkan gangguan pada komunikasi antarsel otak
- Infeksi pada masa kehamilan,
seperti rubella dan cytomegalovirus
- Paparan racun dan zat pemicu
kanker ketika hamil
- Kelahiran prematur
- Berat badan lahir bayi yang
rendah
- Paparan terhadap obat asam
valproat dan thalidomide ketika hamil
Perlu diketahui bahwa sudah terdapat banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa vaksinasi tidak meningkatkan risiko sindrom Asperger atau gangguan
austistik.
Gejala Sindrom Asperger
Sindrom Asperger menimbulkan gejala-gejala yang tidak terlalu berat
dibandingkan dengan jenis penyakit autisme lainnya. Beberapa
tanda atau gejala yang khas pada sindrom Asperger yaitu:
- Canggung atau sangat minim
dalam interaksi sosial dan berkomunikasi
- Tidak melakukan kontak mata
ketika berbicara dengan orang lain
- Sangat senang membicarakan
hanya dirinya sendiri atau topik yang disukainya
- Tidak dapat memahami arti
emosi dan ekspresi dari orang-orang di sekitarnya
- Tidak dapat memahami bahasa
tubuh atau bahasa nonverbal
- Berbicara dengan nada yang
datar atau seperti suara robot
- Kecewa berlebihan pada
perubahan
- Kesulitan mengontrol emosi,
berperilaku agresif, dan sering marah secara tiba-tiba
- Sensitif terhadap cahaya,
suara bising, dan tekstur tertentu
- Sulit mengkoordinasi
gerakan, misalnya sering jatuh ketika berjalan atau tidak dapat menulis
dengan baik
Sementara itu, gejala sindrom Asperger pada orang dewasa mirip dengan
pada anak-anak, ditambah dengan beberapa gejala berikut:
- Sangat fokus terhadap
rutinitas dan peraturan
- Sangat memperhatikan apa pun
secara mendetail dalam waktu lama
Kapan harus ke dokter
Segera konsultasi ke dokter bila anak Anda menunjukkan
gejala sindrom Asperger seperti yang telah disebutkan di atas. Makin dini
terdeteksi, maka makin tinggi pula peluang penderita sindrom Asperger untuk
bisa hidup berbaur dengan masyarakat.
Diagnosis Sindrom Asperger
Pada awalnya, dokter akan menanyakan tentang gejala, tumbuh kembang,
serta interaksi sosial anak terhadap lingkungan di sekitarnya. Setelah itu,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, saraf, dan psikologis anak, termasuk
pemeriksaan bahasa, kecerdasan, kemampuan gerak, dan respons saraf.
Bila terdapat gejala lain, seperti kejang, maka dokter dapat
menyarankan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
- Tes genetik
- MRI otak
- Elektroensefalografi (EEG)
Pengobatan Sindrom Asperger
Penanganan sindrom Asperger berbeda pada masing-masing penderitanya. Hal
ini karena penderita sindrom Asperger dapat memiliki tingkat keparahan dan
gejala yang berbeda-beda.
Penanganan sindrom Asperger akan difokuskan untuk membantu penderitanya
agar dapat menjalani aktivitas harian dan interaksi sosial secara optimal.
Penanganan yang dimaksud berupa terapi dan obat-obatan.
Bentuk terapi yang diberikan dapat berupa:
- Terapi bahasa, bicara, dan
sosialisasi, bertujuan untuk mengurangi obsesi pasien terhadap topik
kesukaannya dan belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain
- Terapi fisik atau
fisioterapi, bertujuan untuk melatih kekuatan anggota-anggota tubuh
- Terapi okupasi, bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan kognitif, fisik, respons saraf, dan
pergerakan
- Terapi perilaku kognitif, untuk melatih penderitanya
mengendalikan rangsangan yang diterima tubuh, rasa takut, cemas,
keinginan, penolakan, dan ledakan emosi
Selain terapi di atas, obat-obatan bisa diberikan untuk mengontrol
gejala pada sindrom Asperger. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah:
- Antidepresan golongan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI), untuk mengurangi gejala
depresi dan keinginan untuk melakukan kegiatan yang berulang-ulang
- Anticemas, seperti benzodiazepine,
untuk mengurangi gejala cemas ketika berinteraksi dengan orang lain
- Antipsikotik, seperti risperidone,
untuk mengurangi ledakan emosi dan perilaku agresif
Komplikasi Sindrom Asperger
Meski tidak semua penderita mengalaminya, sindrom Asperger dapat
menyebabkan komplikasi berupa:
- Cemas
- Mudah marah
- Agresif
- Depresi
- Gangguan belajar dan bekerja
- Gangguan obsesif-kompulsif
- Kecenderungan untuk
menyakiti diri sendiri
Pencegahan Sindrom Asperger
Sindrom Asperger sulit dicegah karena penyebab pastinya tidak diketahui
hingga kini. Akan tetapi, mengurangi faktor risikonya dapat meminimalkan
kemungkinan terjadinya sindrom ini. Upaya tersebut adalah sebagai berikut:
- Menjalani vaksinasi
MMR sebelum merencanakan kehamilan
- Melakukan pola hidup
sehat sebelum dan selama hamil
- Menghindari mengonsumsi
alkohol, narkoba, dan merokok
- Menjalani pemeriksaan
kehamilan secara rutin ke dokter
Post A Comment:
0 comments: