Syringomyelia adalah pertumbuhan kista berisi cairan (syrinx) di saraf tulang belakang. Kista ini dapat membesar seiring berjalannya waktu dan menekan jaringan saraf tulang belakang, sehingga menimbulkan gejala berupa kelemahan otot atau kehilangan sensasi nyeri.
Gejala yang timbul
pada syringomyelia tergantung pada ukuran kista dan tekanan yang
disebabkannya pada saraf tulang belakang. Umumnya, gejala syringomyelia
berkembang dengan perlahan. Namun, pada beberapa kasus, syringomyelia dapat
menyebabkan gejala yang berat dalam waktu cepat.
Gejala
Syringomyelia
Gejala syringomyelia
biasanya baru muncul saat penderita berusia 20 hingga 30-an, lalu dapat
memburuk secara perlahan. Pada awalnya, syringomyelia akan menyerang bagian
belakang leher, bahu, lengan, dan tangan. Gejala yang ditimbulkan antara lain:
- Kelemahan pada otot.
- Otot mengecil (atrofi otot).
- Kehilangan refleks.
- Kehilangan sensitivitas terhadap
rasa sakit, rasa dingin, dan rasa panas.
Gejala lain yang juga dapat
muncul pada syringomyelia adalah:
- Otot kaku
- Nyeri otot
- Gangguan buang air besar dan
buang air kecil
Kapan harus ke
dokter
Jika muncul gejala-gejala
di atas, segera periksakan ke dokter. Beberapa gejala syringomyelia mirip
dengan penyakit saraf tulang bekalang lain, sehingga diperlukan rangkaian
pemeriksaan untuk memastikan diagnosa, sebelum dokter dapat menentukan
pengobatan yang tepat.
Anda juga perlu waspada
terhadap syringomyelia jika pernah mengalami cedera saraf tulang belakang,
sebab gejala bisa muncul beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah cedera.
Segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami gejala syringomyelia setelah
cedera. Makin cepat dideteksi, makin besar juga peluang kesembuhannya.
Penyebab
Syringomyelia
Hingga saat ini,
terbentuknya kista pada syringomyelia belum diketahui penyebabnya. Namun, ada
beberapa penyakit yang diduga bisa menjadi pemicu terbentuknya kista tersebut.
Sebagian besar kasus
syringomyelia dipicu oleh penyakit malformasi Chiari, yaitu kelainan
struktur otak yang menyebabkan bagian otak merosot ke ruang saraf tulang
belakang. Jaringan otak yang merosot tersebut mengganggu aliran cairan saraf
tulang belakang (cairan serebrospinal), sehingga memicu terjadinya
syringomyelia.
Selain malformasi Chiari,
syringomyelia juga bisa diduga dipicu oleh:
- Cedera pada saraf tulang belakang
- Meningitis
- Tumor di area tulang belakang
- Kelainan kongenital (bawaan) pada
saraf tulang belakang
- Perdarahan di area tulang
belakang
Diagnosis
Syringomyelia
Untuk mendiagnosis
syringomyelia, dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala yang dialami
pasien dan riwayat kesehatannya, serta melakukan pemeriksaan fisik.
Jika mencurigai adanya
syringomyelia, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemindaian melalui MRI atau
CT scan. Pemindaian dilakukan untuk melihat kondisi saraf tulang belakang dan
tulang belakang secara detail. Untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas, dokter
radiologi dapat menyuntikkan zat pewarna khusus (kontras) sebelum
pemeriksaan.
Pengobatan
Syringomyelia
Pengobatan syringomyelia
yang akan diberikan dokter tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
perkembangan gejala yang dialami pasien. Jika gejalanya ringan, dokter saraf
hanya menganjurkan pasien untuk menjalani pemeriksaan saraf dan MRI secara
berkala.
Untuk mencegah agar
syringomyelia tidak bertambah parah, penderita dianjurkan untuk menghindari
aktivitas berat dan menjalani fisioterapi untuk mengatasi gangguan
saraf, seperti kelemahan otot dan otot terasa kaku. Terapi ini akan dipandu
oleh dokter rehabilitasi medik.
Operasi
Jika gejala syringomyelia
bertambah buruk atau mengganggu kegiatan sehari-hari, dokter akan menyarankan
tindakan operasi. Operasi dilakukan oleh dokter bedah saraf untuk menghilangkan
tekanan pada saraf tulang belakang dan memperbaiki aliran cairan serebrospinal.
Jenis operasi tulang
belakang yang dilakukan berbeda-beda, tergantung penyebab syringomyelia.
Beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan adalah:
- Operasi untuk mengatasi
malformasi Chiari, agar aliran cairan saraf tulang belakang kembali
lancar.
- Operasi untuk menghilangkan
hambatan aliran cairan serebrospinal akibat tumor atau pertumbuhan
abnormal di tulang belakang.
- Operasi untuk mengalirkan cairan
di dalam kista, sehingga kista mengecil, dengan
memasang alat khusus yang disebut shunt.
Perawatan setelah operasi
Setelah operasi dilakukan,
pasien juga akan diberi obat antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi. Selain itu, fisioterapi tetap dilakukan untuk
menguatkan otot yang lemah.
Untuk memantau proses
pemulihan dari operasi syringomyelia, pasien perlu melakukan kontrol rutin.
Pada beberapa waktu, dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan CT scan, untuk
memantau kondisi saraf tulang belakang pasien.
Perawatan lanjutan setelah
operasi penting untuk dilakukan karena syringomyelia dapat muncul kembali.
Pemeriksaan secara berkala, misalnya dengan pemeriksaan MRI, perlu dilakukan guna
memantau keberhasilan operasi dan perkembangan penyakit.
Komplikasi
Syringomyelia
Ada beberapa komplikasi
syringomyelia yang dapat terjadi, antara lain:
- Rasa nyeri yang berkepanjangan
(kronis) akibat kerusakan sumsum tulang belakang.
- Skoliosis atau tulang
belakang melengkung seperti huruf S.
- Mielopati atau hilangnya fungsi
saraf pada sumsum tulang belakang secara bertahap.
- Kelumpuhan, akibat otot yang
lemah dan kaku.
- Gagal napas, karena
kista membesar dan menekan saraf yang mengatur otot pernapasan.
Post A Comment:
0 comments: