Terapi listrik adalah metode pengobatan penyakit yang memanfaatkan rangsangan elektrik. Terapi ini cukup sering digunakan untuk menangani beberapa jenis penyakit saraf dan kejiwaan. Beberapa metode terapi listrik bisa dilakukan di rumah sesuai rekomendasi dokter atau melalui operasi.
Terapi listrik untuk
menangani rasa sakit telah digunakan sejak zaman dahulu, yaitu dengan
memanfaatkan sengatan listrik dari ikan. Seiring berkembangnya teknologi,
tepatnya sejak pertengahan abad ke-18 hingga kini, terapi listrik telah
menggunakan mesin khusus dan peralatan yang semakin canggih.
Berbagai Manfaat Terapi Listrik
bagi Kesehatan
Terapi listrik cukup banyak
digunakan sebagai metode penanganan penyakit saraf dan beberapa macam gangguan
kejiwaan.
Penyakit saraf sendiri
dapat dikenali dengan munculnya berbagai gejala, seperti sakit kepala, kesemutan,
mati rasa, otot tubuh melemah, kelumpuhan, serta nyeri di bagian tubuh tertentu
seperti nyeri punggung bagian bawah atau atas.
Dalam penanganan penyakit
saraf, terapi listrik bekerja dengan cara mengirimkan sinyal listrik dan
menstimulasi saraf yang terganggu agar saraf tersebut dapat berfungsi kembali
secara normal.
Sementara itu, pada
penderita gangguan kejiwaan, terapi listrik berfungsi untuk merangsang bagian
saraf otak yang rusak atau mengalami gangguan agar dapat kembali berfungsi
dengan baik.
Terapi listrik biasanya
digunakan untuk mengobati beberapa macam gangguan kejiwaan, seperti
skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif atau OCD, depresi berat, gangguan
bipolar, serta gangguan kejiwaan yang tidak membaik dengan pemberian
obat-obatan dan psikoterapi.
Berbagai Jenis
Terapi Listrik
Ada beberapa jenis terapi
listrik yang sering digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit, di
antaranya:
1.
Transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS)
TENS adalah jenis terapi
listrik yang menggunakan mesin bertenaga baterai dengan voltase atau tegangan
rendah untuk meredakan rasa sakit. Mesin berukuran kecil ini dapat mengantarkan
sinyal listrik melalui 2 elektroda yang ditempatkan di bagian saraf pada kulit
atau bagian tubuh yang menjadi sumber rasa nyeri.
Metode ini paling sering
digunakan untuk menangani nyeri sendi atau arthritis, nyeri saat haid, sakit
lutut, sakit leher, fibromyalgia,
dan sakit punggung bagian bawah. Pada kasus tertentu, TENS juga digunakan untuk
meringankan rasa sakit saat persalinan.
TENS bekerja dengan cara
menghambat hantaran atau impuls nyeri dari saraf yang bermasalah menuju otak,
sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Selain itu, terapi listrik ini juga diduga
dapat menstimulasi saraf otak untuk memproduksi hormon pereda nyeri alami
atau endorfin yang dapat menghambat persepsi terhadap rasa sakit.
2. Percutaneous electrical
nerve stimulation (PENS) atau elektroakupunktur
Metode terapi listrik ini
memadukan teknik pengobatan tradisional Timur dan teknologi kedokteran Barat.
PENS menggunakan alat kecil yang menyerupai jarum akupunktur untuk
mengalirkan listrik. Teknik ini juga bisa dipadukan dengan pengobatan
akupunktur.
Beberapa studi menyebutkan
bahwa terapi listrik dengan metode PENS dapat meringankan nyeri, memperbaiki
kualitas tidur, dan membantu penderita gangguan saraf serta nyeri lutut untuk
melakukan aktivitas fisik.
Namun, hingga saat ini,
efektivitas terapi listrik PENS sebagai penanganan gangguan saraf masih belum
menunjukkan hasil yang konsisten dan masih perlu diteliti lebih lanjut.
3. Deep brain
stimulation (DBS)
Terapi ini merupakan salah
satu metode terapi listrik yang memerlukan tindakan operasi. Metode terapi
listrik ini dilakukan dengan cara memasang elektroda pada otak yang berfungsi
untuk mengirim aliran listrik ke saraf otak melalui mesin khusus.
Metode ini awalnya
digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Namun, kini DBS juga
digunakan untuk mengobati berbagai gangguan psikologis, seperti depresi dan
gangguan obsesif kompulsif (OCD).
4. Repetitive transcranial
magnetic stimulation (RTMS)
Repetitive transcranial
magnetic stimulation memanfaatkan
gelombang elektromagnetik untuk mengirim sinyal listrik guna menghambat rasa
sakit atau nyeri. Namun, metode ini umumnya perlu dilakukan lebih dari satu
kali untuk mendapatkan hasil maksimal.
Terapi listrik juga umum
digunakan sebagai bagian dari metode rehabilitasi fisik atau fisioterapi.
Peralatan terapi listrik memang banyak dijual bebas. Namun, hindari menggunakan
alat-alat tersebut untuk meredakan rasa sakit tanpa berkonsultasi dulu
dengan dokter.
Walau mampu memberikan
manfaat bagi beberapa orang dengan kondisi tertentu, namun sejauh ini masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan potensi terapi listrik
dalam penanganan penyakit saraf.
Post A Comment:
0 comments: