Cedera saraf tulang belakang adalah kondisi yang menyebabkan terjadinya kerusakan saraf yang terletak di saluran tulang belakang. Cedera saraf tulang belakang umumnya disebabkan oleh kecelakaan saat berkendara, cedera saat berolahraga, atau kekerasan fisik.
Saraf tulang belakang merupakan terusan dari otak yang membentang dari
leher hingga ke tulang ekor. Saraf ini berperan penting pada proses pengiriman
sinyal dari otak ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Jika saraf ini rusak, akan
terjadi gangguan pada beberapa fungsi tubuh, seperti hilangnya kemampuan untuk
bergerak atau merasakan sesuatu.
Cedera pada saraf tulang belakang harus segera ditangani. Jika
penanganan tidak segera dilakukan, penderita mungkin perlu masa pemulihan yang
lebih lama. Selain itu, kemungkinan perburukan kondisi atau kemunculan
komplikasi juga akan makin besar.
Penyebab Cedera Saraf Tulang Belakang
Cedera saraf tulang belakang dapat terjadi akibat
kerusakan pada tulang belakang, jaringan penghubung antar tulang belakang, atau
di saraf tulang belakang itu sendiri. Cedera saraf tulang belakang terbagi
menjadi dua tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu traumatis dan nontraumatis.
Cedera saraf tulang belakang traumatis adalah cedera yang terjadi akibat
pergeseran, patah, atau terkilirnya tulang punggung akibat kecelakaan, misalnya
karena:
- Kecelakaan kendaraan
bermotor
- Jatuh saat beraktivitas
- Kecelakaan saat berolahraga
- Kekerasan fisik
Sementara, cedera saraf tulang belakang nontraumatis adalah cedera yang
disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti:
- Kanker
- Radang sendi (arthritis)
- Osteoporosis
- Polio
- Kelainan pertumbuhan tulang
belakang sejak lahir
- Peradangan pada tulang
belakang
- TBC tulang belakang, yang dapat menyebabkan
kerusakan sendi dan tulang belakang
- Infeksi yang menyebabkan
abses pada tulang belakang
Faktor risiko cedera saraf tulang belakang
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya cedera
saraf tulang belakang, yakni:
- Berjenis kelamin pria
- Berusia antara 16–65 tahun
atau lansia berusia di atas 65 tahun
- Menderita penyakit yang
berkaitan dengan tulang dan sendi, seperti osteoporosis atau arthritis
- Melakukan aktivitas yang
berisiko tinggi, seperti melakukan olahraga ekstrem atau berkendara tanpa
menggunakan peralatan keselamatan
- Mengonsumsi minuman
beralkohol
- Memiliki cacat atau kelainan
pada pertumbuhan tulang sejak lahir
Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang
Gejala utama yang biasanya dapat terlihat jelas pada cedera saraf tulang
belakang adalah gangguan motorik yang berupa kelemahan otot
dan gangguan sensorik yang berupa mati rasa. Berdasarkan
tingkat keparahan cedera, gejala bisa dibagi menjadi:
- Gejala tidak menyeluruh atau
lokal (incomplete)
Gejala tidak menyeluruh terjadi ketika cedera saraf hanya menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk bergerak (gerakan menjadi lemah) atau merasakan. - Gejala menyeluruh (complete)
Gejala menyeluruh ditandai dengan hilangnya semua kemampuan sensorik dan motorik sehingga pasien tidak dapat bergerak atau merasakan sama sekali.
Hilangnya kemampuan untuk bergerak akibat cedera pada saraf tulang
belakang dapat dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu:
- Tetraplegia atau
tetraparesis
Tetraplegia adalah kelumpuhan otot (paralisis) pada kedua lengan dan kedua tungkai, sedangkan tetraparesis adalah kelemahan otot di lokasi yang sama. Kelumpuhan atau kelemahan ini juga dapat terjadi pada otot dada sehingga mengakibatkan pasien sulit bernapas dan membutuhkan alat bantu napas. Gejala ini terjadi akibat cedera pada saraf tulang belakang yang letaknya di leher.
- Paraplegia atau paraparesis
Paraplegia adalah kelumpuhan yang terjadi pada setengah tubuh bagian bawah (kedua tungkai), sedangkan paraparesis adalah lemah otot. Keluhan ini biasanya terjadi jika cedera saraf tulang belakang terjadi pada punggung bagian bawah.
Selain gejala motorik dan sensorik, masih ada gejala lain yang bisa
terjadi akibat cedera saraf tulang belakang. Gejala ini dapat berbeda-beda pada
tiap penderita, tergantung letak cedera dan keparahan kondisinya. Beberapa
gejala yang umum muncul pada penderita cedera saraf tulang belakang adalah:
- Gangguan pernapasan
- Gerakan yang tiba-tiba pada
bagian tubuh tertentu
- Nyeri atau kaku pada bagian
tubuh tertentu
- Tidak bisa mengontrol buang
air kecil atau buang air besar
- Penurunan gairah seksual
- Nyeri atau rasa seperti
tersengat di bagian tubuh tertentu
- Sakit kepala
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami
keluhan yang sudah disebutkan di atas. Pemeriksaan dan penanganan harus segera
dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera yang lebih serius dan komplikasi.
Selain itu, jika Anda mengalami trauma atau cedera yang serius pada
kepala dan leher, segera lakukan pemeriksaan ke dokter meskipun Anda tidak
merasakan gejala. Trauma pada kepala dan leher dapat menyebabkan cedera saraf
tulang belakang dengan gejala yang datang terlambat.
Diagnosis Cedera Saraf Tulang Belakang
Untuk mendiagnosis cedera saraf tulang belakang, dokter akan menanyakan
gejala dan keluhan yang dialami, riwayat penyakit, dan tindakan medis yang
pernah dijalani pasien. Pada pasien yang mengalami kecelakaan, dokter akan
menanyakan kejadiannya secara rinci, terutama bagaimana benturan yang dialami
oleh pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, serta
pemeriksaan saraf yang meliputi pemeriksaan kekuatan otot dan kemampuan pasien
merasakan sentuhan, getaran, atau suhu.
Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk melihat
kondisi tulang belakang dan saraf tulang belakang pasien. Berikut ini adalah
pemeriksaan yang digunakan dalam mendiagnosis cedera saraf tulang belakang:
- Foto Rontgen
Foto Rontgen biasanya dilakukan jika terdapat dugaan bahwa terjadi kerusakan pada tulang belakang setelah kecelakaan, seperti patah tulang belakang. Foto Rontgen juga dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan lain pada tulang belakang, seperti tumor atau arthritis. - CT scan
Tes ini berfungsi menampilkan gambaran tulang belakang yang lebih baik daripada foto Rontgen. Gambar yang dihasilkan CT scan diambil dari beberapa sudut pandang sehingga dapat memperlihatkan kelainan yang tidak terdeteksi pada foto Rontgen. - MRI
MRI dapat membantu dokter untuk melihat jaringan lunak, seperti saraf tulang belakang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitarnya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi hernia nukleus pulposus, gumpalan darah, atau tumor yang mungkin menekan saraf tulang belakang dengan lebih akurat.
Pengobatan Cedera Saraf Tulang Belakang
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cedera saraf tulang belakang
dapat terjadi secara traumatis dan nontraumatis. Pada cedera saraf tulang
belakang nontraumatis, penanganan akan disesuaikan dengan penyebab yang
mendasarinya.
Sebagai contoh, cedera yang disebabkan oleh tumor dapat ditangani dengan
bedah tumor, radioterapi, atau kemoterapi. Sementara, cedera yang disebabkan
oleh radang sendi dapat diatasi dengan obat antiradang dan fisioterapi.
Pada cedera yang terjadi akibat kecelakaan, pasien perlu dipasangkan
penyangga leher segera setelah kecelakaan berlangsung. Hal ini untuk
menghindari gerakan pada tulang belakang yang dapat membuat cedera semakin
memburuk.
Setelah itu, pasien akan diletakkan pada tandu khusus untuk dibawa ke
IGD. Pada kondisi kritis setelah kecelakaan, dokter IGD akan melakukan tindakan
untuk menjaga kemampuan bernapas pasien, mencegah terjadinya syok,
dan menjaga kestabilan tulang belakang.
Setelah pasien dalam keadaan stabil, dokter akan mulai memberikan terapi
untuk menangani cedera saraf tulang belakang itu sendiri. Beberapa upaya yang
dilakukan dokter meliputi:
- Pemasangan traksi
Pasien dapat diberikan penyangga leher dan punggung atau tempat tidur khusus, agar kepala, leher, atau punggungnya tidak bergerak sama sekali. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kondisi pasien bertambah parah dan untuk mengembalikan susunan tulang belakang ke posisi normal. - Pembedahan
Jika diperlukan, dokter akan melakukan bedah untuk menstabilkan posisi tulang belakang yang patah, membuang potongan-potongan tulang, benda asing, atau retakan tulang belakang yang menekan saraf tulang belakang.
Pasien juga akan mendapatkan terapi pendukung, seperti infus cairan dan
nutrisi, selang makan, dan kateter urine. Pada beberapa kasus, pasien
membutuhkan ventilator untuk bisa bernapas dengan baik.
Perawatan lanjutan
Baik untuk pasien traumatis maupun nontraumatis, dokter akan menjalankan
prosedur fisioterapi setelah kondisi pasien membaik. Namun,
waktu yang dibutuhkan hingga pasien dapat menjalani fisioterapi bisa
berbeda-beda. Makin besar kerusakan yang terjadi, makin lama pula waktu yang
dibutuhkan.
Pada masa rehabilitasi, pasien akan diarahkan oleh dokter untuk melatih
kekuatan otot dan mengembalikan kemampuan bergerak. Jika diperlukan, dokter
akan memberikan obat untuk meredakan nyeri.
Pasien yang belum pulih dan mengalami kelumpuhan dianjurkan untuk
menggunakan alat penunjang khusus. Salah satu peralatan penunjang yang dapat
membantu pasien cedera saraf tulang belakang adalah kursi roda elektrik.
Masa pemulihan cedera saraf tulang belakang biasanya berlangsung sekitar
1 minggu hingga 6 bulan. Namun, pada beberapa kasus, waktu yang dibutuhkan
pasien untuk kembali pulih dan dapat bergerak bebas bisa mencapai 1–2 tahun.
Komplikasi Cedera Saraf Tulang Belakang
Komplikasi yang dapat terjadi akibat cedera saraf tulang belakang pada
umumnya disebabkan oleh keterbatasan otot tubuh dalam bergerak, antara lain:
- Jaringan otot mengecil (atrofi
otot)
- Berat badan bertambah karena
aktivitas sangat terbatas
- Luka pada punggung atau
bokong akibat tidak bisa bergerak
- Pneumonia akibat gerak napas
yang tidak optimal
- Konstipasi atau sembelit
- Pembengkakan kaki
- Penggumpalan darah yang
dapat menyumbat pembuluh darah kaki
Selain itu ada juga beberapa komplikasi lain yang bisa terjadi, yaitu:
- Kaku otot
- Gangguan berkemih
- Infeksi saluran kemih
- Tekanan darah yang tidak
stabil
- Gangguan fungsi seksual
- Penurunan kesuburan
- Depresi
- Nyeri yang tak kunjung
hilang di bagian tubuh tertentu
Pencegahan Cedera Saraf Tulang Belakang
Pada umumnya, cedera saraf tulang belakang terjadi karena kecelakaan.
Oleh karena itu, lakukan cara berikut ini untuk mencegah kecelakaan:
- Berkendara dengan aman dan
patuhi rambu lalu lintas yang ada.
- Jangan mengemudi dalam
keadaan mabuk atau mengantuk. Usahakan untuk menggunakan supir,
transportasi umum, atau beristirahat sejenak jika Anda sedang dalam
kondisi tersebut.
- Gunakan perlengkapan
keselamatan selama berkendara atau berolahraga.
- Saat melakukan aktivitas
luar ruangan, seperti menyelam (diving) atau panjat tebing,
konsultasikan risiko dan cara meminimalkannya dengan instruktur yang
berpengalaman.
- Berhati-hati dalam
beraktivitas dengan memperhatikan keadaan sekeliling, terutama saat di
tangga atau kamar mandi.
Jika Anda melihat korban kecelakaan yang berisiko menderita cedera
saraf tulang belakang, berikut adalah pertolongan pertama yang
perlu dilakukan:
- Jangan menggerakkan tubuh
korban karena dapat memperburuk kondisinya.
- Segera hubungi rumah sakit
agar korban cepat mendapat pertolongan medis.
- Letakkan handuk atau kain
tebal di kedua sisi leher korban, agar lehernya tidak bergerak. Jika
korban masih sadar, beri tahu ia untuk tidak bergerak.
- Lakukan pertolongan pertama,
misalnya menghentikan perdarahan yang terjadi dengan membalut dan menekan
luka menggunakan kain bersih.
Post A Comment:
0 comments: