Distrofi otot adalah kelompok penyakit yang menyebabkan otot menjadi lemah, kehilangan massa, dan kehilangan fungsinya. Distrofi otot dapat dialami oleh semua golongan usia, tetapi pada sebagian besar kasus, penyakit ini muncul sejak masa kanak-kanak, terutama pada anak laki-laki.
Distrofi otot adalah penyakit
langka. Keluhan dan gejala yang ditimbulkan oleh distrofi otot dapat
bervariasi, mulai dari gejala ringan hingga gejala yang semakin memberat dari
waktu ke waktu. Pada kondisi yang parah, penderita distrofi otot bisa kehilangan
kemampuan untuk berjalan, berbicara, atau merawat diri.
Penyebab Distrofi Otot
Penyebab distrofi otot adalah
adanya kelainan genetik atau mutasi pada gen yang bertugas
untuk mengatur fungsi dan membentuk struktur otot seseorang. Mutasi tersebut
menyebabkan gangguan pada produksi protein yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk otot yang sehat dan berfungsi dengan baik.
Distrofi otot lebih sering
ditemukan anak-anak, terutama yang berjenis kelamin laki-laki. Penyakit ini
juga merupakan penyakit yang bisa diturunkan. Artinya, seseorang yang memiliki
anggota keluarga dengan distrofi otot, lebih berisiko menderita kondisi serupa.
Kendati demikian, distrofi
otot juga dapat terjadi secara acak dan tiba-tiba walaupun tidak ada riwayat
penyakit atau gen yang diturunkan di keluarga.
Gejala Distrofi Otot
Gejala distrofi otot sangat
beragam dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Namun, pada umumnya,
distrofi otot akan menyebabkan kelemahan pada otot yang sifatnya progresif.
Gejala yang muncul saat
seseorang mengalami distrofi otot dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut
ini adalah jenis-jenis distrofi otot beserta gejalanya:
1. Distrofi otot Duchenne
Kondisi ini adalah jenis
distrofi otot yang paling sering ditemukan. Penderitanya kebanyakan adalah anak
laki-laki. Gejala pada distrofi otot Duchenne akan muncul sejak usia 5 tahun.
Kelemahan otot biasanya
dimulai dari bagian kaki dan lengan atas yang kemudian berlanjut ke bagian
lainnya, termasuk jantung, paru-paru, tulang belakang, dan perut serta organ di
dalamnya. Gejala-gejalanya meliputi:
- Kesulitan
berjalan
- Sering
terjatuh
- Kesulitan
bangun dari posisi duduk atau tidur
- Postur
tubuh yang buruk
- Penipisan
tulang
- Nyeri
dan kaku otot
- Skoliosis
- Gangguan
belajar
- Kesulitan
bernapas
- Kesulitan
menelan
- Paru-paru
dan jantung melemah
2. Distrofi otot Becker
Distrofi otot Becker mirip
dengan tipe Duchenne, namun jenis ini tidak terlalu parah. Gejala penyakit ini
muncul pada rentang usia 11–25 tahun dengan ditandai melemahnya otot di sekitar
kaki dan lengan.
Berikut ini adalah
gejala-gejala distrofi otot Becker:
- Berjalan
jinjit
- Sering
jatuh
- Kram
otot
- Sulit
untuk berdiri
3. Distrofi otot kongenital
(bawaan)
Jenis ini adalah jenis yang
gejalanya mulai muncul sejak lahir hingga atau saat usia menginjak 2 tahun. Distrofi
otot kongenital biasanya ditandai dengan fungsi motorik anak yang tidak
berkembang. Salah satu tandanya adalah anak yang tidak bisa duduk atau berdiri.
Gejala-gejala distrofi otot
bawaan meliputi:
- Otot
melemah
- Tidak
mampu duduk atau berdiri tanpa bantuan
- Tidak
mampu mengontrol anggota gerak
- Skoliosis
- Kelainan
bentuk kaki
- Kesulitan
menelan
- Gangguan
penglihatan
- Gangguan
bicara
- Gangguan
intelektual
- Gangguan
pernapasan
4. Distrofi otot
miotonik
Gejala distrofi miotonik
biasanya muncul pada rentang usia 20–30 tahun. Distrofi miotonik menyebabkan
otot tidak mampu mengendur atau rileks setelah kontraksi. Gejalanya paling
sering muncul di sekitar wajah dan leher. Tipe ini juga bisa mempengaruhi otak
dan organ yang memproduksi hormon.
Berikut ini adalah beberapa
gejala distrofi otot miotonik:
- Perawakan
“haggard” akibat turunnya otot di wajah
- Kesulitan
mengangkat leher
- Kesulitan
menelan
- Kebotakan
dini di
area depan kepala
- Penglihatan
terganggu
- Penurunan
berat badan
5. Distrofi otot facioscapulohumeral
Gejala facioscapulohumeral muncul
pada usia remaja. Facioscapulohumeral memengaruhi
bagian-bagian otot wajah, bahu, dan lengan atas. Gejala-gejalanya dapat berupa:
- Kesulitan
mengunyah atau menelan
- Bahu
menjadi miring
- Bentuk
mulut tidak normal
- Penampilan
bagian bahu terlihat seperti sayap
6. Distrofi otot Limb-girdle
Jenis ini memiliki gejala yang
muncul pada rentang kanak-kanak hingga remaja. Biasanya, gejala awal distrofi
otot Lim-girdle terjadi di sekitar bahu dan pinggul, namun
bisa juga muncul di kaki dan leher.
Beberapa gejala distrofi
otot Lim-girdle adalah:
- Kesulitan
berdiri
- Kesulitan
berjalan
- Kesulitan
membawa barang berat
- Mudah
jatuh dan tersandung
7. Distrofi otot oculopharyngeal
Gejala distrofi otot oculopharyngeal umumnya
baru muncul di usia sekitar 40 tahun. Distrofi otot jenis ini membuat penderita
merasakan lemah pada otot wajah, leher, dan bahu. Gejala-gejala yang dialami
dapat berupa:
- Kelopak
mata yang turun
- Kesulitan
menelan
- Perubahan
suara
- Penglihatan
bermasalah
- Jantung
bermasalah
- Kesulitan
berjalan
8. Distrofi otot distal
Gejala distrofi otot jenis ini
umumnya muncul di rentang usia 40–60 tahun. Distrofi otot distal menyerang otot
bagian lengan bawah, tangan, betis, dan kaki. Distrofi otot distal juga dapat
menyerang sistem pernapasan dan otot jantung.
Gejala-gejala distrofi otot
distal meliputi:
- Hilangnya
kemampuan gerak atau motorik
- Kesulitan
berjalan
9. Distrofi otot
Emery-Dreifuss
Distrofi otot Emery-Dreifuss
biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan memengaruhi lebih banyak anak
laki-laki daripada anak perempuan. Distrofi otot Emery-Dreifuss umumnya
menyerang otot bagian lengan atas dan kaki bagian bawah.
Sejumlah gejala yang dapat
dialami ketika menderita distrofi otot Emery-Dreifuss adalah:
- Melemahnya
otot pada lengan atas dan kaki bagian bawah
- Mengalami
pemendekan otot-otot di tulang belakang, leher, pergelangan kaki, lutut,
dan siku
- Mengalami
masalah pada pernapasan
- Mengalami
permasalahan pada jantung
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter saat
mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika Anda sudah
mulai mudah terjatuh, kesulitan untuk duduk, berdiri, atau anak mengalami
keterlambatan perkembangan.
Jika Anda atau pasangan
memiliki keluarga yang menderita distrofi otot, disarankan untuk melakukan
konseling genetik saat akan merencanakan kehamilan. Selain itu, jika sudah
terdiagnosis mengalami distrofi otot, ikuti terapi yang diberikan oleh dokter
dan lakukan pemeriksaan berkala agar kondisi Anda terpantau.
Diagnosis Distrofi Otot
Dokter akan menanyakan seputar
keluhan, gejala, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu,
dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Salah satu jenis pemeriksaan
yang akan dilakukan adalah pemeriksaan saraf. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui gangguan sistem saraf, mengidentifikasi pola
kelemahan otot, menguji refleks dan koordinasi, serta mendeteksi kontraksi
Untuk memastikan diagnosis,
dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes
darah,
untuk mengukur kadar enzim kreatin kinase, yaitu enzim yang dilepaskan
tubuh ke dalam aliran darah ketika otot mengalami gangguan
- Biopsi otot, untuk mengetahui
ada tidaknya pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak normal dan
menyingkirkan penyebab lain yang bisa menyebabkan timbulnya gangguan atau
kelemahan otot
- Tes
DNA,
untuk mengetahui kelainan atau mutasi gen yang bisa meyebabkan distrofi
otot, salah satunya adalah gen distrofin
- Elektrokardiogram, untuk mengetahui aktivitas
kelistrikan jantung
- Tes
fungsi paru,
untuk mengetahui dan mendeteksi ada tidaknya gangguan pada paru-paru
- Elektromiografi, untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan pada otot
- MRI atau USG, untuk
memeriksa masa otot
Pengobatan Distrofi Otot
Distrofi otot merupakan
kondisi belum bisa disembuhkan. Pengobatan bertujuan untuk meringankan gejala,
memaksimalkan fungsi otot, dan mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk.
Pasien distrofi otot harus
menjalani perawatan seumur hidup. Berikut ini adalah penjelasan beberapa metode
pengobatan yang akan diberikan kepada pasien distrofi otot:
Obat-obatan
Beberapa obat-obatan yang
dapat diresepkan dokter untuk menangani distrofi otot adalah:
- Kortikosteroid, seperti prednison, untuk
menjaga kekuatan otot, fungsi pernapasan, dan memperlambat perkembangan
penyakit
- Antikejang,
seperti barbiturat, untuk mengendalikan kejang otot
- Imunosupresan, untuk memperlambat
kerusakan sel otot
- ACE
inhibitor atau beta
blocker untuk untuk mengatasi gangguan jantung yang disebabkan
oleh distrofi otot
Terapi
Terapi-terapi yang dapat
dilakukan untuk meringankan gejala atau gangguan akibat menderita distrofi otot
adalah:
- Terapi
fisik,
untuk menjaga otot tetap kuat dan fleksibel
- Terapi
okupasi,
untuk menjaga mobilitas dan melatih kemandirian pasien
- Terapi
bicara, untuk memudahkan pasien ketika berbicara jika otot-otot wajahnya
melemah
- Terapi
pernapasan, untuk memudahkan pasien dalam bernapas
Selain itu, pasien distrofi
otot bisa diberikan alat bantu, seperti tongkat atau kursi roda, untuk membantu
mobilitas atau pergerakan.
Operasi
Operasi biasanya dilakukan
untuk memperbaiki sendi dan gangguan pada tulang belakang yang menyebabkan
pasien sulit bernapas. Operasi juga dapat bertujuan untuk meringankan
komplikasi distrofi otot, seperti masalah jantung dan kesulitan menelan.
Komplikasi Distrofi Otot
Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi akibat distrofi otot adalah:
- Kesulitan
berjalan
- Kesulitan
menggunakan lengan
- Pemendekan
otot atau tendon di sekitar sendi
- Gangguan
pernapasan
- Skoliosis
- Gangguan
jantung
- Kesulitan
menelan
Pencegahan Distrofi Otot
Distrofi otot merupakan
kondisi yang tidak dapat dicegah. Lakukan pemeriksaan saat muncul keluhan atau
gejala, sehingga kondisi ini dapat dideteksi sedini mungkin dan penanganan bisa
segera diberikan.
Penderita distrofi otot juga
dianjurkan mengikuti setiap anjuran yang diberikan oleh dokter dan melakukan
pemeriksaan berkala, sehingga kondisi kesehatannya dapat terpantau.
Selain
itu, jika Anda atau pasangan memiliki anggota keluarga yang menderita distrofi
otot, sebaiknya lakukan konsultasi genetik saat akan merencanakan kehamilan.
Post A Comment:
0 comments: