Kelainan kongenital atau kelainan bawaan adalah kelainan yang didapat sejak lahir. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan selama masa tumbuh kembang janin dalam kandungan. Kelainan kongenital dapat menyebabkan bayi lahir dengan kecacatan atau gangguan fungsi pada organ tubuh atau bagian tubuh tertentu.
Data dari WHO menunjukkan bahwa terdapat lebih dari
8 juta bayi di seluruh dunia terlahir dengan kelainan bawaan setiap tahunnya.
Dari sekian banyak bayi yang terlahir dengan kelainan kongenital atau bawaan
tersebut, sekitar 300.000 bayi meninggal hanya dalam waktu beberapa hari hingga
4 minggu setelah dilahirkan.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar
295.000 kasus kelainan kongenital per tahunnya dan angka tersebut menyumbang
sekitar 7% dari angka kematian pada bayi.
Sebagian bayi yang terlahir dengan kelainan
kongenital dapat hidup. Namun, bayi tersebut umumnya berisiko tinggi untuk
mengalami masalah kesehatan atau kecacatan pada organ tubuh atau bagian tubuh
tertentu, misalnya kaki, tangan, jantung, hingga otak.
Kelainan kongenital dapat terjadi dalam setiap fase
kehamilan. Namun, sebagian besar kasus kelainan bawaan terjadi pada trimester pertama
kehamilan, yaitu saat organ tubuh janin baru mulai terbentuk. Kelainan ini bisa
terdeteksi pada masa kehamilan, saat bayi dilahirkan, atau selama masa tumbuh
kembang anak.
Beberapa Faktor Penyebab Kelainan Kongenital
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang
bayi terlahir dengan kelainan kongenital, di antaranya:
1. Genetik
Setiap sifat genetik yang menentukan bentuk dan
fungsi organ tubuh dibawa oleh kromosom. Kromosom adalah komponen pembawa
materi genetik yang diwariskan dari orang tua kepada anak.
Jumlah kromosom normal manusia ada 23 pasang.
Setiap pasang kromosom berasal dari sel telur ibu dan sperma ayah yang bertemu
saat proses pembuahan.
Ketika terjadi kelainan kromosom atau kelainan
genetik, misalnya pada anak yang lahir tanpa 46 kromosom atau justru lahir
dengan kelebihan kromosom, maka ia dapat mengalami kelainan bawaan. Kelainan genetik ini bisa
bersifat keturunan atau terjadi akibat adanya mutasi atau perubahan sifat
genetik pada janin saat ia dikandung.
2. Lingkungan
Paparan radiasi atau zat kimia tertentu pada ibu
hamil, seperti pada pestisida, obat, alkohol, asap rokok, dan merkuri, dapat
meningkatkan risiko bayi mengalami kelainan bawaan. Hal ini karena efek racun
dari zat-zat tersebut bisa mengganggu proses tumbuh kembang janin.
3. Gizi ibu selama hamil
Diperkirakan sekitar 94% kasus kelainan bawaan yang
ditemukan di negara berkembang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan gizi buruk selama hamil.
Ibu dengan kondisi tersebut biasanya kekurangan
asupan nutrisi penting yang berperan dalam menunjang pembentukan organ tubuh
janin dalam kandungan. Adapun nutrisi yang penting untuk ibu hamil dan janin
tersebut meliputi asam folat, protein, zat besi, kalsium, vitamin
A, yodium, dan omega-3.
Selain gizi buruk, ibu yang mengalami obesitas saat
hamil juga memiliki risiko cukup tinggi untuk melahirkan bayi dengan kelainan
kongenital.
4. Kondisi ibu hamil
Saat hamil, ada banyak kondisi atau penyakit pada
ibu yang bisa meningkatkan risiko janin di dalam kandungannya untuk mengalami
kelainan kongenital. Beberapa kondisi dan penyakit ini, antara lain:
- Infeksi saat
hamil,
misalnya infeksi air ketuban, siflis, rubella, atau virus zika
- Anemia saat hamil
- Komplikasi kehamilan,
seperti diabetes gestasional dan preeklamsia
- Efek samping obat-obatan
yang dikonsumsi saat hamil
- Kebiasaan tidak sehat yang
dilakukan selama hamil, seperti menggunakan narkoba, mengonsumsi minuman
beralkohol, dan merokok
- Usia ibu hamil yang sudah
cukup tua saat hamil, karena semakin tua usia ibu saat hamil, semakin
tinggi risiko terjadinya kelainan bawaan pada bayi yang dikandungnya
Kelainan Kongenital yang Banyak Terjadi pada Bayi
Kelainan kongenital atau kelainan bawaan pada bayi
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelainan fisik dan kelainan fungsional.
Berikut ini adalah penjelasannya:
Kelainan fisik
Beberapa kelainan atau cacat fisik pada tubuh bayi
yang sering ditemui, di antaranya:
- Bibir sumbing (celah bibir
dan langit-langit)
- Penyakit
jantung bawaan
- Cacat tabung saraf, seperti spina bifida dan anensefali
- Bagian tubuh tidak normal,
seperti kaki pengkor atau bengkok
- Kelainan bentuk dan letak
tulang panggul (dislokasi panggul kongenital)
- Kelainan pada saluran cerna,
seperti penyakit Hirschsprung, fistula saluran cerna, serta atresia anus
Kelainan fungsional
Kelainan fungsional adalah cacat lahir yang terkait
dengan gangguan sistem dan fungsi organ tubuh. Beberapa jenis kelainan atau
cacat fungsional yang sering terjadi, di antaranya:
- Gangguan fungsi otak dan
saraf, seperti Sindrom Down
- Gangguan metabolisme,
seperti hipotiroid dan fenilketonuria
- Gangguan pada indra tubuh,
seperti tuli dan buta (misalnya akibat katarak bawaan)
- Kelainan pada otot, misalnya
distrofi otot
- Kelainan pada darah,
misalnya hemofilia,
thalasemia, dan anemia sel sabit
Deteksi Dini dan Penanganan Kelainan Kongenital
Kelainan bawaan dapat dideteksi sejak janin masih
di dalam kandungan. Untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan bawaan pada
janin, dokter dapat melakukan pemeriksaan USG kandungan, tes darah janin, tes
genetik, serta amniocentesis atau pengambilan sampel cairan ketuban.
Meski demikian, kelainan kongenital terkadang baru
terdeteksi ketika bayi lahir atau setelah ia kanak-kanak, bahkan setelah
dewasa. Kelainan kongenital biasanya tidak terdeteksi karena ibu jarang atau
sama sekali tidak melakukan pemeriksaan kandungan selama hamil.
Setelah terdiagnosis memiliki kelainan kongenital,
bayi atau anak perlu mendapatkan penanganan, seperti pemberian obat-obatan,
fisioterapi, penggunaan alat bantu, hingga operasi untuk memperbaiki bagian
atau organ tubuh yang cacat. Jenis penanganannya akan dipilih sesuai jenis
kelainan yang terjadi.
Dalam banyak kasus, kelainan bawaan tidak dapat
dicegah, terutama yang bersifat keturunan. Namun, ada beberapa upaya untuk
menurunkan risiko terjadinya kondisi tersebut, di antaranya:
- Mengonsumsi
makanan bergizi seimbang
- Melakukan imunisasi sesuai
anjuran dokter
- Menghentikan kebiasaan
merokok atau menghirup asap rokok
- Membatasi konsumsi
minuman beralkohol
- Melakukan olahraga secara teratur
- Mencukupi waktu tidur dan
hindari stres berlebihan selama hamil
Hal penting yang
juga harus Anda lakukan adalah melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
ke dokter kandungan, terutama jika ada riwayat kelainan kongenital di
dalam keluarga. Jika anak menunjukkan adanya kelainan kongenital, segeralah
memeriksakan kondisinya ke dokter anak untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
Post A Comment:
0 comments: