Distrofi otot adalah kelainan pada otot yang menyebabkan otot melemah dan kehilangan fungsinya. Beberapa jenis distrofi otot tergolong berbahaya dan bahkan mengancam nyawa, sehingga penting bagi Anda untuk mengenal jenisnya satu per satu.
Otot memungkinkan tubuh untuk bergerak dan melakukan banyak hal. Namun,
untuk beberapa kondisi, otot bisa mengalami kelainan yang membuat fungsinya
terganggu atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Kelainan pada otot ini
disebut juga distrofi otot.
Distrofi otot dapat dialami siapa saja tanpa mengenal usia. Namun,
gejalanya sering kali terlihat sejak masa kanak-kanak. Kondisi ini umumnya
disebabkan oleh kelainan genetik atau faktor keturunan.
Jenis-Jenis Distrofi Otot
Setidaknya ada 9 jenis distrofi otot yang umum terjadi, yaitu:
1. Distrofi otot Duchenne
Distrofi otot Duchenne merupakan kasus kelainan pada otot yang umum
terjadi pada anak berusia 2–6 tahun. Kelainan otot ini
biasanya menyerang anak laki-laki. Namun, tidak menutup kemungkinan anak
perempuan juga bisa mengalaminya.
Ada beberapa gejala distrofi otot Duchenne yang dapat dialami anak,
antara lain:
- Sering jatuh
- Sulit melompat dan berlari
- Sulit bangkit dari posisi
duduk atau berbaring
- Tumbuh kembang terganggu
- Otot betis membesar
- Otot terasa nyeri dan kaku
Gangguan pernapasan dan jantung adalah gejala yang kerap dialami
penderita distrofi otot Duchenne tahap akhir. Bila tidak ditangani dengan
tepat, penyakit ini dapat menyebabkan kematian saat penderitanya memasuki usia
belasan atau awal 20-an.
2. Miotonik
Miotonik disebut juga dengan MMD atau penyakit Steinert. Penyakit ini
umumnya menyerang orang dewasa berusia 20–30 tahun, tetapi bisa pula terjadi
pada anak-anak. Miotonik ditandai dengan kaku pada otot dan biasanya menyerang
otot wajah serta leher lebih dulu.
Orang dengan kelainan otot miotonik sering kali memiliki wajah panjang
dan tirus, kelopak mata turun, dan leher seperti angsa. Dalam jangka panjang,
penyakit ini dapat mengganggu sistem kerja jantung, mata, sistem
saraf, saluran gastrointestinal, dan kelenjar penghasil hormon.
3. Limb-girdle
Kelainan pada otot jenis limb-girdle bisa dialami oleh
pria maupun wanita pada usia remaja hingga dewasa. Penyakit ini ditandai dengan
hilangnya massa otot dan melemahnya otot secara bertahap, mulai dari pinggul
dan menyebar ke bahu, lengan, serta kaki.
Saat mengalami limb-girdle, Anda akan sulit mengangkat
bagian depan kaki sehingga sering tersandung. Seiring waktu, kondisi ini bisa
membuat penderitanya lumpuh dan tidak mampu berjalan sama
sekali.
4. Distrofi otot Becker
Gejala distrofi otot Becker hampir menyerupai Duchenne, tetapi tingkat
keparahannya jauh lebih ringan dan perkembangan penyakitnya juga lebih lambat.
Hal ini memungkinkan penderitanya hidup hingga usia di atas 30 tahun.
Umumnya, gejala distrofi otot Becker ini muncul pada usia 11–25 tahun
dan lebih sering menyerang anak laki-laki. Penyakit ini akan melemahkan otot di
bagian lengan dan kaki.
5. Distrofi otot bawaan
Kelainan pada otot yang satu ini sering terjadi pada bayi baru lahir
hingga usia 2 tahun. Distrofi otot bawaan dapat dikenali dari beberapa gejala
berikut ini:
- Kelemahan otot
- Kontrol motorik yang buruk
- Ketidakmampuan untuk berdiri
atau duduk sendiri
- Skoliosis
- Kelainan bentuk kaki
- Sulit berbicara
- Penglihatan terganggu
- Sulit menelan
- Sulit bernapas
Penyakit ini juga dapat menyebabkan kelainan pada fungsi otak dan
membuat penderitanya sering kejang. Namun, bila ditangani dengan baik, bayi
atau anak yang menderita distrofi otot bawaan dapat hidup hingga dewasa.
6. Facioscapulohumeral
Facioscapulohumeral atau penyakit
Landouzy-Dejerine merupakan kelainan otot yang memengaruhi otot tulang lengan
atas, belikat, dan wajah. Gejala kelainan pada otot ini mulai terlihat di usia
remaja dan berkembang secara bertahap hingga menyebabkan penderitanya sulit
menelan, berbicara, dan mengunyah.
Dampak yang disebabkan oleh penyakit ini berbeda-beda sesuai dengan
tingkat keparahannya. Namun, sekitar 50 persen penderita facioscapulohumeral masih
dapat berjalan dan hidup sesuai usia rata-rata manusia.
7. Distrofi otot Emery-Dreifuss
Ini merupakan jenis distrofi otot langka dan lebih sering menyerang anak
laki-laki. Emery-Dreifuss dapat muncul dari masa kanak-kanak hingga remaja.
Kondisi ini ditandai dengan gejala berupa otot melemah dan mengecil,
terutama di bagian bahu, lengan atas, dan kaki bagian bawah. Untuk beberapa
kasus, kelemahan otot juga bisa menyebar ke otot dada dan panggul.
8. Oculopharyngeal
Kelainan pada otot yang satu ini menyebabkan otot mata dan tenggorokan
melemah. Oculopharyngeal biasanya dialami oleh pria maupun
wanita usia 40–60 tahun. Kondisi ini membuat penderitanya sulit menelan, mudah
tersedak, dan bahkan pneumonia berulang.
9. Distrofi otot distal
Kondisi yang disebut juga dengan miopati distal ini dapat memengaruhi
kemampuan otot lengan bawah, tangan, betis, serta kaki, dan bahkan sistem
pernapasan dan otot jantung.
Distrofi otot distal dapat menyebabkan penderitanya kehilangan
kemampuan motorik dan kesulitan berjalan. Kelainan pada otot
ini sering terjadi pada pria dan wanita yang berusia 40–60 tahun.
Penanganan Distrofi Otot
Sebelum menentukan pengobatan untuk menangani distrofi otot, dokter akan
melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosis. Ada beberapa tes untuk
mendiagnosis distrofi otot, yaitu:
- Tes darah
- Tes urine
- Elektromiografi (EMG)
- Biopsi otot
- Elektrokardiografi
- Pemeriksaan dengan MRI
- Tes genetik
Namun, sejauh ini belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan
kelainan pada otot yang disebabkan oleh distrofi otot. Meski demikian, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan
membantu penderita kelainan otot untuk beraktivitas senormal mungkin.
Pemberian obat kortikosteroid dapat meningkatkan
kekuatan otot dan memperlambat perkembangan beberapa jenis kelainan pada otot.
Selain itu, obat-obatan untuk jantung juga diberikan untuk menangani distrofi
yang menyebabkan gangguan pada jantung.
Berbagai terapi juga dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita. Terapi ini dapat berupa latihan aerobik low
impact, latihan peregangan, fisioterapi, dan terapi bicara.
Sebagian penderita kelainan pada otot juga memerlukan berbagai peralatan
penunjang untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari, seperti braces,
kursi roda, atau alat bantu napas seperti mesin ventilator.
Prosedur operasi juga dapat dilakukan bila distrofi otot disebabkan oleh
penyakit tertentu, seperti katarak, skoliosis, dan gangguan
jantung.
Selain mengonsumsi obat-obatan serta menjalani berbagai terapi dan
operasi, penderita distrofi otot juga dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi setiap harinya dengan mengonsumsi makanan bergizi dan selalu memenuhi kebutuhan
cairan.
Jika Anda atau anak Anda
mengalami gejala kelainan pada otot seperti yang telah disebutkan di atas,
segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan
yang tepat.
Post A Comment:
0 comments: