Atrofi otot adalah kondisi ketika jaringan otot mengecil atau menyusut. Kondisi ini umumnya terjadi jika otot tersebut lama tidak digerakkan, misalnya akibat gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk mengatasi atrofi otot, perlu diketahui dulu jenis atrofi otot yang terjadi dan apa penyebabnya
Ketika terjadi atrofi otot,
bentuk tubuh dapat mengalami perubahan, misalnya salah satu area tubuh menjadi
lebih cekung karena ototnya mengecil; atau terlihat tidak simetris, misalnya
salah satu lengan atau tungkai terlihat lebih kecil daripada lengan atau
tungkai yang lainnya.
Jenis Atrofi Otot
Berdasarkan penyebabnya,
atrofi otot dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Atrofi otot fisiologis
Atrofi otot jenis ini
umumnya dialami oleh orang dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Misalnya, terlalu lama duduk atau berbaring dan jarang olahraga. Karena
kurangnya aktivitas fisik, otot tubuh semakin jarang digunakan. Hal ini dapat
membuat jaringan otot mengecil dan mengalami atrofi.
Atrofi otot fisiologis juga
bisa terjadi pada orang yang menjalani perawatan jangka panjang di rumah sakit,
misalnya akibat kelumpuhan atau koma.
Atrofi otot neurogenik
Atrofi otot tipe neurogenik
disebabkan oleh cedera atau gangguan pada saraf yang berfungsi untuk
menggerakkan otot. Ketika saraf otot mengalami kerusakan, otot tidak bergerak
karena tidak mendapat rangsangan dari saraf. Hal ini membuat jaringan otot
mengecil dan menyebabkan atrofi otot.
Ada beberapa jenis penyakit
yang dapat memicu terjadinya atrofi otot neurogenik, di antaranya:
- Stroke
- Lumpuh otak atau cerebral palsy
- Neuropati
- Polio
- Cedera saraf tulang belakang
- Sindrom carpal tunnel
- Penyakit saraf motorik
Atrofi otot patologis
Atrofi otot patologis
adalah jenis atrofi otot yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis
tertentu yang membuat tubuh tidak dapat membentuk jaringan otot. Atrofi otot
patologis bisa disebabkan oleh:
1. Malnutrisi
Malnutrisi atau
kekurangan gizi dapat membuat tubuh kekurangan protein dan kalori, sehingga
tubuh tidak dapat menghasilkan jaringan otot. Hal ini bisa menyebabkan massa
otot berkurang secara drastis dan memicu atrofi otot.
2. Sindrom Cushing
Pada sindrom Cushing,
kadar hormon glukokortikoid di dalam tubuh meningkat. Peningkatan hormon
tersebut bisa menyebabkan jaringan lemak menumpuk, sementara jaringan otot
mengecil sehingga lama-kelamaan terjadilah atrofi otot. Sindrom Cushing sering
terjadi pada orang yang menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka
panjang.
3. Kanker
Atrofi otot bisa terjadi
pada penderita kanker stadium lanjut. Kondisi ini disebut juga dengan cachexia. Selain karena
dampak dari penyakit kanker itu sendiri, pengobatan kanker seperti kemoterapi
dan terapi radiasi juga bisa menimbulkan efek samping berupa pengecilan
jaringan otot atau atrofi otot.
4. Kontraktur otot
Kontraktur otot terjadi
ketika jaringan otot digantikan oleh jaringan parut yang kaku. Hal ini membuat
otot tersebut sulit atau tidak bisa digerakkan, dan akhirnya terjadilah atrofi
otot. Kontraktur otot biasanya terjadi akibat cedera, luka bakar yang cukup
luas, atau kelumpuhan jangka panjang.
5. Kelainan autoimun
Rusaknya otot akibat
peradangan atau penyakit autoimun bisa menyebabkan ukuran jaringan
otot mengecil. Beberapa jenis penyakit autoimun yang dapat menyebabkan atrofi
otot adalah miositis autoimun dan rheumatoid
arthritis.
Gejala dan Cara Mengatasi Atrofi Otot
Atrofi otot dapat
menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tiap orang, tergantung penyebab dan
tingkat keparahan atrofi otot yang dialami. Namun, orang yang mengalami atrofi
otot biasanya mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Salah satu atau beberapa bagian
tubuh melemah
- Anggota tubuh, seperti tangan
atau kaki, tampak lebih kecil dari yang lain
- Sulit beraktivitas, seperti
berjalan, duduk, menelan, atau menggenggam sesuatu
Jika Anda mengalami atrofi
otot, terutama jika sudah mengalami beberapa gejala-gejala di atas, sebaiknya
segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang
tepat. Untuk menangani atrofi otot, ada beberapa penanganan yang dapat
dilakukan dokter, di antaranya:
Aktivitas fisik
Orang yang mengalami atrofi
otot tetapi masih bisa bergerak seperti biasa disarankan untuk lebih banyak
melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. Hal ini
bertujuan untuk memulihkan jaringan otot yang mengalami penurunan massa dan
menjadi lemah akibat kurang gerak. Dengan rutin berolahraga, jaringan otot akan
kembali terbentuk dan atrofi otot pun akan teratasi.
Fisioterapi
Rehabilitasi fisik
atau fisioterapi bertujuan untuk mengembalikan massa otot yang hilang
akibat atrofi otot. Fisioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi atrofi otot
yang berat atau yang disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti stroke,
kelumpuhan, kelainan saraf, dan kanker.
Diet khusus
Untuk meningkatkan massa
otot, tubuh membutuhkan kalori dan bahan baku berupa protein. Oleh karena itu,
penderita atrofi otot disarankan untuk menjalani diet khusus tinggi protein
agar jaringan otot tubuh bertambah. Diet ini juga dianjurkan bagi penderita
atrofi otot akibat malnutrisi.
Obat-obatan dan operasi
Selain itu, penanganan
atrofi otot bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan, misalnya obat-obatan
untuk mengobati kanker, kelainan autoimun, atau gangguan saraf yang menyebabkan
otot menyusut. Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan melakukan tindakan
operasi untuk menangani atrofi otot, khususnya yang disebabkan oleh kontraktur
otot.
Jika Anda mengalami
kelemahan pada otot atau salah satu otot Anda terlihat mengecil, segera
periksakan ke dokter agar dapat diketahui penyebabnya dan diberikan
penanganan yang tepat.
Post A Comment:
0 comments: