Operasi tulang belakang merupakan tindakan pembedahan pada tulang belakang yang biasanya bertujuan untuk mengatasi nyeri tulang belakang atau punggung. Jenis operasi tulang belakang yang dilakukan tergantung kepada jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang, dengan 24 ruas tulang teratasnya terpisah satu-satu, yang menyusun rangkaian tulang belakang dari atas ke bawah. Antara masing-masing ruas tulang belakang, terdapat bantalan tulang rawan yang disebut cakram tulang belakang. Di bagian tengah masing-masing ruas tulang belakang memiliki lubang, sehingga antara lubang yang satu dengan yang lain membentuk saluran yang diisi saraf tulang belakang di sepanjang tulang belakang.



Operasi tulang belakang merupakan tindakan medis yang biasanya dilakukan setelah pengobatan lain tidak berhasil menghilangkan nyeri tulang belakang. Selain menghilangkan nyeri, operasi tulang belakang juga bisa mengatasi keluhan yang terjadi pada salah satu atau kedua lengan atau tungkai, yang disebabkan oleh gangguan saraf tulang belakang. Metode pengobatan yang dapat dianjurkan untuk dijalani oleh penderita penyakit tulang belakang sebelum operasi antara lain adalah:

  • Istirahat
  • Pemberian obat
  • Fisioterapi
  • Penggunaan brace atau penyangga

Jika metode pengobatan tersebut tidak efektif menghilangkan nyeri tulang belakang, maka pasien baru dianjurkan untuk menjalani operasi tulang belakang. Jenis operasi tulang belakang yang dilakukan akan bergantung kepada jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

Jenis-Jenis Operasi Tulang Belakang

Berdasarkan tekniknya, ada banyak jenis operasi tulang belakang. Akan tetapi, secara umum operasi tulang belakang dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu operasi dekompresi dan operasi stabilisasi. Baik operasi dekompresi maupun operasi stabilisasi bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan kelumpuhan akibat gangguan pada saraf tulang belakang.

Operasi dekompresi bertujuan menghilangkan nyeri akibat gangguan saraf tulang belakang dengan cara menghilangkan bagian dari tulang belakang yang menekan saraf tulang belakang. Sedangkan operasi stabilisasi bertujuan menghilangkan nyeri dengan cara menstabilkan posisi tulang belakang untuk mencegah munculnya kembali tekanan pada saraf tulang belakang. Jika dibutuhkan, operasi dekompresi dan stabilisasi dapat dilakukan bersamaan dalam satu prosedur operasi.

Operasi tulang belakang yang menggunakan teknik dekompresi, antara lain:

  • Laminotomi. Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang belakang dengan cara memotong sebagian dari lamina, yaitu bagian belakang dari ruas tulang belakang, sehingga penekanan pada saraf tulang belakang dapat mereda.
  • Laminektomi. Hampir sama dengan laminotomi, tetapi pada laminektomi seluruh lamina tulang belakang akan diangkat. Laminektomi dapat membantu mengurangi peradangan akibat tekanan pada saraf tulang belakang, meskipun tidak langsung terasa setelah prosedur ini dilakukan.
  • Diskektomi. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan tekanan pada saraf tulang belakang akibat bentuk cakram tulang belakang yang abnormal dan mengalami herniasi atau penonjolan (hernia nukleus pulposus). Disektomi dilakukan dengan memotong bagian cakram tulang belakang, sehingga terdapat ruang lebih bagi saraf tulang belakang dan tekanan pada saraf akan berkurang dengan sendirinya. Disektomi dapat dikombinasikan dengan laminektomi agar hasilnya maksimal.

Operasi tulang belakang yang menggunakan teknik stabilisasi, antara lain:

  • Fusi tulang belakang. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengatur susunan tulang belakang, kemudian menyatukan ruas tulang belakang yang sebenarnya terpisah, untuk mencegah gerakan yang dapat menimbulkan penekanan pada saraf tulang belakang. Fusi tulang belakang juga dapat dilakukan setelah operasi dekompresi untuk mencegah penekanan kembali pada saraf tulang belakang.
  • Vertebroplasti. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan zat seperti semen ke bagian yang mengalami patah tulang belakang. Penyuntikkan zat seperti semen ini adalah untuk membuat tulang belakang lebih stabil dan mengembalikan bentuk tulang belakang seperti semula.
  • Kifoplasti. Sama seperti vertebroplasti, kifoplasti juga dilakukan dengan menyuntikkan semen ke bagian yang mengalami patah tulang belakang. Namun sebelum disuntik semen, bagian yang mengalami patah tulang belakang akan dilebarkan dengan balon khusus.

Indikasi Operasi Tulang belakang

Operasi tulang belakang kebanyakan bukan merupakan tindakan medis gawat darurat. Akan tetapi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter ortopedi atau dokter spesialis bedah saraf untuk merencanakan apakah membutuhkan operasi, jika terjadi hal-hal berikut:

  • Nyeri yang tidak mereda atau bertambah buruk setelah 2 minggu
  • Kaku atau kesemutan pada lengan atau tungkai
  • Terdapat kelemahan dan kehilangan fungsi gerak lengan atau tungkai
  • Demam

Gejala-gejala tersebut dapat menjadi pertanda adanya penyakit yang membutuhkan operasi tulang belakang, seperti:

  • Stenosis spinal
  • Mielopati atau kelainan pada saraf tulang belakang
  • Kerusakan atau bergesernya tulang belakang
  • Tumor pada tulang atau saraf tulang belakang
  • Infeksi tulang belakang atau saraf tulang belakang
  • Bergeser atau menipisnya bantalan tulang belakang
  • Sindrom Cauda Equina

Peringatan Operasi Tulang Belakang

Tidak semua penderita penyakit tulang belakang dapat menjalani operasi tulang belakang. Selain itu, masing-masing teknik operasi tulang belakang memiliki syarat yang berbeda.

Secara umum, tidak ada kondisi mutlak yang menyebabkan seseorang tidak dapat menjalani operasi dekompresi. Akan tetapi, operasi dekompresi tulang belakang sebaiknya dihindari apabila penderita:

  • Mengalami kyphosis.
  • Masih anak-anak.
  • Belum menjalani terapi non bedah dengan maksimal.

Sedangkan untuk operasi stabilisasi tulang belakang, sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-hati apabila terdapat:

  • Osteoporosis.
  • Cedera berat pada lapisan pelindung saraf tulang belakang (epidural).
  • Tumor ganas, terutama pada tulang belakang.
  • Patah tulang belakang.
  • Infeksi.

Persiapan Operasi Tulang Belakang

Sebelum operasi tulang belakang, pasien akan menjalani pemeriksaan kesehatan secara umum guna memastikan kondisinya siap untuk menjalani operasi. Pasien harus memberitahukan dokter terkait:

  • Obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk vitamin, suplemen, dan obat yang dapat dibeli bebas.
  • Alergi obat yang diderita, terutama alergi terhadap obat bius.
  • Sedang hamil atau berencana untuk hamil.

Beberapa hari sebelum menjalani operasi, pasien akan diminta untuk berhenti merokok dan berhenti mengonsumsi obat pengencer darah. Pasien juga harus berpuasa selama beberapa jam sebelum operasi dimulai. Jika pasien memiliki rambut yang lebat di sekitar daerah operasi, akan dicukur terlebih dahulu. Pasien juga akan menjalani pemeriksaan tambahan sebelum menjalani operasi, seperti tes darah, foto Rontgen, atau MRI untuk memberikan informasi tambahan terkait kondisi tulang belakang yang akan menjalani operasi.

Prosedur Operasi Tulang Belakang

Pasien akan diminta berganti pakaian dengan pakaian khusus operasi serta menanggalkan perhiasan yang dipakai, kemudian dibawa ke ruang operasi. Setelah itu, pasien diberikan obat bius total sehingga tidak akan sadar selama operasi tulang belakang dilakukan, dan diposisikan sesuai dengan jenis operasi, biasanya telungkup.

Pada saat pasien sudah tidak sadar, dokter akan mulai membuat insisi atau irisan kulit di daerah tulang belakang yang akan dioperasi. Insisi dapat dibuat di daerah leher, punggung atas, punggung bawah, atau daerah perut sehingga tulang belakang dapat dioperasi dari bagian depan. Ukuran insisi yang dibuat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan.

Setelah insisi selesai dibuat, dokter lalu akan melakukan tindakan dekompresi ataupun stabilisasi tulang belakang. Pada operasi dekompresi, dokter akan membuang bagian tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang. Dokter dapat membuang segmen tulang belakang (vertebra) ataupun bantalan segmen tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada saraf. Selama operasi dekompresi, dokter juga dapat memperbaiki posisi saraf tulang belakang yang tertekan dengan mengatur serabut saraf agar kembali ke ruang saraf tulang belakang. Tulang belakang dan bantalan tulang belakang yang menjadi target operasi dekompresi seringkali tidak dibuang seluruhnya, namun hanya dibuang di bagian yang menyebabkan penekanan saraf.

Sedangkan pada operasi stabilisasi, setelah dibuat insisi, dokter akan memasang alat penyeimbang tulang belakang di setiap segmen tulang belakang yang mengalami pergeseran. Alat ini biasanya terbuat dari logam khusus yang dipasang menggunakan baut langsung pada tulang belakang.

Setelah itu, dokter dapat menambahkan cangkok tulang pada bagian tulang belakang tersebut untuk mempercepat fusi atau penyatuan antar segmen tulang belakang yang menjalani stabilisasi. Cangkok tulang ini dapat diambil dari tubuh pasien sendiri atau dari donor. Namun pada pasien yang menjalani operasi dekompresi dan stabilisasi secara bersamaan, tulang yang dibuang pada prosedur dekompresi dapat digunakan sebagai cangkok pada saat proses stabilisasi dilakukan. Pada beberapa kasus, cangkok tulang dapat diganti dengan bahan sintetis supaya penyatuan antar tulang belakang dapat berjalan lebih cepat.

Setelah seluruh prosedur operasi selesai, dokter kemudian akan menutup daerah operasi menggunakan benang jahit. Daerah operasi juga akan ditutup perban steril untuk mencegah infeksi. Pasien kemudian akan dibawa ke ruang perawatan untuk menjalani rawat inap dan pemulihan pasca operasi.

Setelah Operasi Tulang Belakang

Pasien umumnya akan menjalani rawat inap di rumah sakit selama 2-3 hari. Selama masa perawatan dan pemulihan, pasien dapat merasakan nyeri dan tidak nyaman di daerah operasi. Dokter dapat memberikan obat pereda nyeri untuk dikonsumsi selama rawat inap dan rawat jalan. Selama masa pemulihan, baik di rumah sakit maupun di rumah, pasien dianjurkan untuk melatih mobilitas atau gerakan dengan berjalan.

Umumnya masa pemulihan total pasien yang menjalani operasi tulang belakang adalah sekitar 6 minggu. Namun, lama masa pemulihan ini tergantung seberapa parah nyeri yang diderita dan kerumitan operasi tulang belakang yang dijalani. Selain merasakan nyeri, pasien juga dapat merasakan perih dan kaku pada bagian punggung yang menjalani operasi. Untuk melatih tubuh dalam melakukan aktivitas fisik kembali setelah masa pemulihan, pasien akan dibantu dengan fisioterapi.

Jahitan yang dibuat saat operasi, dapat menggunakan benang jahit yang bisa menyatu maupun yang tidak bisa menyatu dengan jaringan tubuh. Bila menggunakan benang jahit yang tidak menyatu dengan tubuh, dokter akan melakukan pencabutan benang jahit setelah luka operasi menutup. Dokter juga akan menjadwalkan waktu kontrol rutin pasien untuk memantau proses pemulihan selama rawat jalan.

Pasien sebaiknya segera menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala infeksi, seperti:

  • Keluarnya cairan dari luka operasi.
  • Demam.
  • Menggigil.
  • Kemerahan, pembengkakan, atau mengerasnya jaringan di daerah operasi.

Risiko Komplikasi Operasi Tulang Belakang

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi tulang belakang, antara lain adalah:

  • Infeksi.
  • Perdarahan.
  • Penggumpalan darah.
  • Nyeri pada daerah tulang yang diambil untuk cangkok tulang.
  • Kerusakan pembuluh darah atau saraf dekat lokasi operasi.
  • Luka operasi yang sulit sembuh.
  • Munculnya kembali nyeri pada tulang belakang setelah menjalani operasi.
  • Terjadinya robekan selaput pelindung saraf tulang belakang yang menyebabkan kebocoran cairan otak dan saraf tulang belakang.
  • Wajah terasa kaku dan gangguan penglihatan.
  • Kelumpuhan.

 

Axact

ARTIKEL KESEHATAN

Bismillah...Blog ini merangkum beberapa artikel kesehatan yang ada di dunia maya sehingga menjadi sebuah blog kesehatan terpercaya. Kami mengucapkan terima kasih kepada narasumber artikel kesehatan, semoga artikel yang telah di baca banyak orang membawa manfaat dan penulis artikel pertama mendapatkan pahala dari Alloh.

Post A Comment:

0 comments: