Pain Management Adalah - Pain management atau
manajemen nyeri adalah suatu kumpulan prosedur medis yang bertujuan
untuk meredakan atau menghilangkan nyeri pada pasien. Nyeri pada dasarnya
merupakan suatu sensasi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan yang muncul
akibat rusaknya jaringan tubuh, dan dapat menimbulkan dampak secara fisik dan
emosi.
Nyeri muncul sebagai sistem
yang melindungi tubuh dari kerusakan jaringan lebih lanjut, atau dari aktivitas
yang dapat menyebabkan kerusakan tubuh. Berdasarkan sifatnya, nyeri dapat berupa
nyeri akut atau kronis. Sedangkan dari intensitasnya, nyeri dapat terasa
sebagai nyeri ringan atau berat.
Nyeri akut timbul secara
tiba-tiba, dan biasanya penyebabnya dapat diketahui dengan jelas. Nyeri kronis
timbul dalam jangka waktu yang panjang. Biasanya nyeri kronis akan terasa dalam
beberapa minggu atau bulan. Nyeri kronis seringkali muncul akibat adanya suatu
kondisi atau penyakit yang diderita oleh pasien.
Terkadang untuk memberikan
hasil maksimal, seseorang dapat menjalani lebih dari satu jenis metode
manajemen nyeri. Ini dikarenakan nyeri seringkali melibatkan banyak aspek dalam
kehidupan sehari-hari pasien.
Indikasi Pain Management
Seorang pasien dapat
menjalani pain management jika menderita nyeri pada tubuhnya.
Berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu nyeri
nosiseptif dan nyeri neuropatik.
Nyeri nosiseptif timbul
dikarenakan adanya suatu rangsangan yang berpotensi berbahaya, yang dideteksi
oleh indera perasa nyeri pada tubuh (nociceptors). Nyeri nosiseptif
timbul dikarenakan adanya kerusakan jaringan tubuh, baik kerusakan mekanis
(misalnya nyeri sendi atau nyeri punggung), kerusakan akibat suhu panas,
suhu dingin, atau akibat terkena bahan kimia. Munculnya nyeri nosiseptif dapat
ditandai dengan gejala-gejala pada bagian tubuh yang mengalami nyeri, antara
lain:
- Rasa
sakit yang menusuk, seperti ditusuk oleh paku atau jarum.
- Kaku.
- Lemah.
- Kesemutan.
Nyeri neuropatik muncul
dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan saraf, sehingga muncul nyeri yang
terkadang secara tiba-tiba. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh nyeri
neuropatik adalah:
- Rasa
terbakar atau seperti ditusuk oleh jarum pada bagian yang mengalami nyeri.
- Rasa
kesemutan dan kaku.
- Nyeri
yang muncul secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas.
- Sulit
tidur dan beristirahat dikarenakan oleh nyeri tersebut.
- Gangguan
emosi akibat nyeri kronis, sulit tidur, dan sulit menggambarkan nyeri yang
sedang diderita.
Penyebab nyeri neuropatik
sulit diidentifikasi pada saat pertama kali muncul, dan perlu adanya
pemeriksaan lebih lanjut. Akan tetapi setelah diperiksa, umumnya penyebab nyeri
neuropatik dapat dikelompokkan menjadi:
- Infeksi,
seperti penyakit sifilis, cacar ular atau herpes zoster, serta
- Cedera,
terutama cedera yang menyebabkan kerusakan atau tekanan pada sistem saraf,
seperti cedera saraf tulang belakang.
- Komplikasi
akibat prosedur bedah, misalnya amputasi.
- Penyakit
atau komplikasi akibat penyakit lain, seperti multiple sclerosis,
diabetes, atau kanker.
Pasien harus segera
berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani pengobatan atau manajemen nyeri jika
mengalami:
- Nyeri
yang tidak hilang setelah 2-3 minggu.
- Sulit
berelaksasi.
- Nyeri
yang dialami menyebabkan depresi, rasa cemas, atau stres.
- Obat-obatan
atau metode untuk meredakan nyeri tidak lagi efektif.
- Sulit
melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri.
Peringatan Pain Management
Sebelum menjalani pengobatan
nyeri menggunakan obat-obatan, pasien diharapkan berhati-hati bila memiliki
kondisi, seperti:
- Anemia.
- Hemofilia.
- Kekurangan
vitamin K.
- Penurunan
jumlah keping darah (trombosit).
- Adanya
ulkus (tukak) pada lambung atau usus.
- Adanya
polip pada hidung.
- Gangguan
kerja hati.
- Penyakit
ginjal.
- Menderita
alergi terhadap obat-obatan pereda nyeri, seperti obat antiinflamasi
nonsteroid atau paracetamol.
Jika pasien akan menjalani
manajemen nyeri melalui operasi, terdapat beberapa kondisi di mana pasien perlu
berhati-hati. Kondisi tersebut antara lain:
- Memiliki
gangguan pembekuan darah.
- Mengonsumsi
obat pengencer darah.
- Memiliki
alergi terhadap obat bius (anestesi).
Persiapan Pain Management
Untuk menentukan jenis
manajemen nyeri yang tepat guna meredakan dan menyembuhkan nyeri, pasien
terlebih dahulu akan menjalani proses diagnosis supaya penyebab nyeri dapat
diidentifikasi dengan tepat. Dokter akan menanyakan gejala nyeri yang dirasa
oleh pasien, beserta riwayat dan kondisi kesehatan secara umum. Riwayat
kesehatan yang akan ditanyakan termasuk juga riwayat prosedur medis yang pernah
dijalani, terutama prosedur bedah. Dokter juga akan merekomendasikan pasien
menjalani tes tambahan, seperti:
- Tes
darah
- Foto
Rontgen
- MRI
- CT
scan
- USG
- Elektromiografi
(EMG)
Setelah penyebab dan sumber
nyeri diketahui, dokter akan menentukan prosedur manajemen nyeri yang sesuai
bagi kondisi pasien.
Prosedur Pain Management
Pain management yang
dilakukan dapat berbeda-beda pada tiap orang, tergantung pada penyebab
nyerinya. Oleh karena itu, diagnosis dan pemeriksaan penyebab nyeri pada pasien
sangat penting agar manajemen nyeri yang dilakukan dapat berjalan secara
efektif. Beberapa teknik manajemen nyeri yang umum dilakukan adalah:
- Rest, ice, compression, and elevation (RICE). Ini
merupakan metode untuk meredakan nyeri secara sederhana, dan dapat
dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Dokter akan merekomendasikan
pasien untuk beristirahat, mengompres daerah yang terasa sakit, dan
memposisikan bagian tubuh tersebut lebih tinggi, untuk meredakan nyeri yang
sifatnya sementara. Metode RICE sering digunakan untuk meredakan nyeri
pada otot dan sendi, serta sering dikombinasikan dengan pemberian obat
pereda nyeri.
- Obat-obatan. Penggunaan obat pereda nyeri
merupakan metode yang paling umum untuk mengontrol rasa sakit. Obat-obatan
pereda nyeri ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang harus
menggunakan resep dokter. Beberapa jenis obat-obatan yang dapat diberikan
kepada pasien untuk mengatasi nyeri adalah:
- Analgesik,
contohnya paracetamol, aspirin, dan ibuprofen.
- Antikonvulsan,
contohnya carbamazepine dan gabapentin.
- Antidepresan,
contohnya amitriptyline.
- Antimigrain,
contohnya sumatriptan.
- Opioid,
contohnya oxycodone, fentanyl, dan tramadol.
- Fisioterapi. Terapi ini dapat berupa
terapi panas, terapi dingin, pijat, atau latihan fisik.
- Pembedahan. Pembedahan dapat dilakukan
sebagai metode untuk meredakan nyeri pada pasien, meskipun tidak semua
bentuk nyeri perlu ditangani dengan metode ini. Beberapa metode pembedahan
untuk meredakan nyeri, antara lain adalah:
- Penghambat
saraf, yaitu
metode manajemen nyeri melalui pembedahan dengan cara memutus aliran
impuls saraf dari tempat timbulnya nyeri ke otak.
- Operasi
tulang belakang, yaitu metode manajemen nyeri khusus pada
bagian tulang belakang. Operasi ini dapat bertujuan untuk menstabilkan
ruas-ruas tulang belakang atau mengurangi tekanan yang menyebabkan
terjadinya nyeri pada saraf tersebut.
- Dorsal root entry zone operation (DREZ), yaitu metode
pembedahan untuk meredakan nyeri dengan cara menghancurkan jaringan atau
serabut saraf yang menimbulkan rasa nyeri pada pasien.
- Stimulasi
listrik, yaitu
metode pembedahan untuk meredakan nyeri dengan cara merangsang serabut
saraf dengan menggunakan aliran listrik.
- Konseling. Konseling dapat membantu
pasien untuk mengatasi rasa sakit secara lebih baik, dan biasanya berperan
sebagai metode manajemen nyeri tambahan selain pemberian obat-obatan atau
pembedahan. Konseling juga dapat membantu dokter untuk mengetahui
perubahan psikis pasien yang ditimbulkan oleh nyeri tersebut.
- Akupunktur. Akupunktur dilakukan
dengan menusukkan jarum ke daerah tertentu pada tubuh untuk meredakan
nyeri. Meskipun masih kontroversial, akupunktur cukup populer sebagai
metode pengobatan untuk meredakan nyeri.
Nyeri nosiseptif yang
sederhana, seperti lebam atau memar, tidak memerlukan pengobatan yang rumit dan
dapat reda dengan sendirinya atau hanya dengan pengobatan sederhana. Akan
tetapi, nyeri nosiseptif yang kompleks, seperti akibat radang sendi, perlu
diobati agar tidak bertambah parah, dengan cara mengatasi penyebabnya serta
melakukan manajemen nyeri. Nyeri neuropatik juga perlu diobati karena dapat
bertambah parah dan mengganggu kualitas hidup penderitanya. Nyeri neuropatik
yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
termasuk kecacatan dan depresi.
Risiko Pain Management
Setiap jenis metode pain
management memiliki risiko dan efek samping yang berbeda. Namun, yang
perlu diperhatikan adalah risiko efek samping dari obat-obatan pereda nyeri. Di
antaranya adalah:
- Sembelit
- Pusing
- Mual
- Gatal-gatal
pada kulit
- Telinga
berdenging
- Mulut
kering
Pasien yang menjalani operasi,
juga dapat mengalami komplikasi akibat operasi meskipun jarang terjadi,
seperti:
- Infeksi
- Perdarahan
- Lebam
di daerah operasi
- Nyeri
yang tidak mereda
- Terjadinya
penggumpalan darah
Post A Comment:
0 comments: