Sindrom Fragile X adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan mental, serta gangguan perilaku. Meski belum bisa disembuhkan, ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi keparahan gejala dan membantu penderita beraktivitas.
Sindrom Fragile X dikenal juga
dengan sebutan sindrom Martin-Bell. Meski umumnya terjadi akibat faktor
keturunan, sindrom Fragile X juga dapat dialami oleh seseorang yang keluarganya
tidak menderita kondisi ini.
Sindrom Fragile X lebih sering
terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Penderita laki-laki juga biasanya
mengalami gejala yang lebih parah.
Penyebab Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X disebabkan
oleh perubahan atau mutasi pada gen FMR1 (Fragile X Mental Retardation 1),
yang terdapat di kromosom X. Kromosom X adalah salah satu dari dua jenis
kromosom seks selain kromosom Y.
Wanita memiliki kromosom XX,
sedangkan pria memiliki kromosom XY. Oleh sebab itu, sindrom Fragile X lebih
sering dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan. Hal ini karena anak
perempuan masih bisa memiliki satu kromosom X normal.
Wanita dengan sindrom Fragile
X juga dapat menurunkan kondisi ini ke anak laki-laki atau anak perempuan.
Sementara pria yang menderita sindrom Fragile X hanya bisa menurunkan kondisi
ini pada anak perempuan.
Mutasi pada gen FMR1
menyebabkan tubuh hanya sedikit atau bahkan tidak mampu menghasilkan protein
FMR (FMRP). Protein ini berfungsi untuk menjalin dan menjaga interaksi antara
sel otak dengan sistem saraf. Ketiadaan protein FMRP bisa membuat sinyal dari
otak menyimpang sehingga menghasilkan gejala sindrom Fragile X.
Gejala Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X ditandai
dengan gangguan pertumbuhan, mental, perilaku, dan kelainan fisik. Gejala
tersebut dapat muncul setelah bayi dilahirkan atau setelah anak melewati masa
pubertas. Berikut adalah gejala yang dapat dialami penderita sindrom Fragile X:
1. Gangguan pertumbuhan:
- Gangguan
tumbuh kembang, misalnya dalam belajar duduk, merangkak, dan berjalan
- Kecerdasan
intelektual (IQ) rendah, yang dapat makin menurun seiring usia bertambah
- Gangguan
bicara, seperti bicara cadel
- Sulit
memahami dan mempelajari hal-hal baru
- Sensitif
terhadap cahaya dan suara
2. Gangguan mental:
- Depresi
- Gangguan
kecemasan
- Gangguan
obsesif kompulsif (OCD)
3. Gangguan perilaku:
- Gangguan
hiperaktif (ADHD)
- Malu
atau cemas saat bersosialisasi
- Kebiasaan
menggigit tangan
- Tidak
melakukan kontak mata dengan orang lain
- Tidak
suka jika disentuh
- Sulit
memahami bahasa tubuh
- Perilaku
agresif dan cenderung menyakiti diri sendiri
- Autisme
4. Kelainan fisik:
- Ukuran
kepala dan telinga lebih besar
- Testis
membesar ketika anak telah melewati masa pubertas
- Bentuk
wajah lebih panjang
- Dahi
dan dagu lebih lebar
- Sendi
menjadi longgar
- Kaki
rata
Selain gejala di atas, keluhan
lainnya juga dapat menyertai, seperti gangguan tidur, berat badan
berlebih, atau obesitas.
Perlu diketahui bahwa gejala
sindrom Fragile X pada anak laki-laki umumnya lebih parah dibandingkan pada
anak perempuan. Terkadang, anak perempuan dapat menderita sindrom Fragile X
tanpa gejala apa pun, tetapi bisa menjadi pembawa penyakit (carrier).
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan anak Anda
ke dokter bila ia mengalami gangguan tumbuh kembang yang tidak
diketahui penyebabnya. Kondisi ini bisa dialami oleh anak-anak pada segala
usia, terutama jika keluarganya memiliki riwayat sindrom Fragile X atau
gangguan mental.
Lakukan pemeriksaan genetik
apabila Anda hendak menikah atau merencanakan kehamilan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa besar risiko kondisi ini menurun kepada anak Anda.
Diagnosis Sindrom Fragile X
Dokter dapat mencurigai pasien
menderita sindrom Fragile X melalui pemeriksaan gejala dan riwayat kesehatan
pasien dan keluarganya, diperkuat dengan pemeriksaan fisik. Namun, untuk
memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan DNA FMR1,
untuk mendeteksi kelainan atau perubahan pada gen FMR1.
Pada sebagian besar kasus, sindrom Fragile X pada
anak laki-laki terdiagnosis pada usia 35–37 bulan. Sementara diagnosis pada
anak perempuan sering kali dilakukan di usia 42 bulan.
Pemeriksaan sindrom Fragile X
juga dapat dilakukan oleh dokter kandungan saat janin masih di dalam kandungan,
antara lain dengan:
- Chorionic
villus sampling (CVS),
yaitu pemeriksaan sampel jaringan plasenta, untuk memeriksa gen FMR1 dalam
sel plasenta
- Amniosentesis,
yaitu pemeriksaan sampel cairan ketuban, untuk mendeteksi kelainan atau
perubahan pada gen FMR1
Hasil pemeriksaan tersebut
dapat membantu mendeteksi dan menangani kondisi sedini mungkin.
Pengobatan Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X belum bisa
disembuhkan, tetapi ada tindakan yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala
yang dialami dan memaksimalkan potensi anak. Pengobatan ini membutuhkan bantuan
dan dukungan dari anggota keluarga, dokter, dan terapis atau psikolog.
Jenis pengobatan yang dapat
dilakukan antara lain:
- Sekolah
berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, materi belajar, dan lingkungan
kelas yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien
- Psikoterapi,
untuk mengatasi gangguan emosional dan mengajari anggota keluarga cara
mendampingi pasien
- Fisioterapi,
untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, kemampuan gerak, dan keseimbangan
tubuh pasien
- Terapi
wicara, untuk meningkatkan kemampuan bicara atau berkomunikasi, serta
memahami dan mengekspresikan bahasa
- Terapi
okupasi, untuk memaksimalkan kemampuan dalam beraktivitas secara mandiri,
baik di rumah maupun di luar rumah
Dokter juga dapat memberikan
obat-obatan untuk meredakan gejala yang dialami pasien. Jenis obat yang
diberikan antara lain:
- Methylphenidate,
untuk mengatasi gangguan hiperaktif atau ADHD
- Antidepresan
golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
seperti sertraline, escitalopram, dan duloxetine, untuk
meredakan serangan panik
- Antipsikotik,
seperti aripiprazole, untuk menstabilkan emosi, meningkatkan fokus, dan
mengurangi rasa cemas
- Antikonvulsan,
seperti benzodiazepine atau phenobarbital,
untuk meredakan kejang
Komplikasi Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X jarang
menyebabkan komplikasi. Namun, ada beberapa gangguan yang rentan dialami oleh
anak-anak dengan kondisi ini, yaitu:
- Kejang
- Gangguan
pendengaran akibat infeksi telinga
- Gangguan
penglihatan, seperti mata juling (strabismus), rabun jauh, atau astigmatisme
- Gangguan
jantung
Pencegahan Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X merupakan
kelainan genetik sehingga sulit untuk dicegah. Namun, jika Anda memiliki
keluarga yang menderita sindrom Fragile X, pemeriksaan genetik penting
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar risiko kondisi ini menurun kepada
anak.
Meski
sindrom Fragile X tidak dapat dicegah, penanganan dini perlu dilakukan untuk
membantu penderita menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Post A Comment:
0 comments: