Sindrom kompartemen adalah kondisi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam kompartemen otot. Sindrom kompartemen dapat ditandai dengan nyeri otot hebat setelah cedera atau saat berolahraga.
Kompartemen adalah bagian yang terdiri dari jaringan otot, pembuluh
darah, dan saraf. Kompartemen ini dibungkus oleh membran (fascia) yang
tidak dapat mengembang.
Sindrom kompartemen terjadi akibat pembengkakan pada kompartemen,
misalnya yang disebabkan oleh cedera. Karena fascia tidak
dapat mengembang, pembengkakan tersebut akan menyebabkan tekanan di dalam
kompartemen meningkat.
Jika tidak segera ditangani, aliran darah dan pasokan oksigen ke
kompartemen akan berkurang. Akibatnya, dapat terjadi kerusakan pada otot dan
saraf, serta bisa berujung pada kematian jaringan (nekrosis) secara permanen.
Penyebab Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen disebabkan oleh cedera yang menyebabkan perdarahan
atau pembengkakan di dalam kompartemen. Karena fascia yang
mengelilingi kompartemen tidak bisa mengembang, perdarahan atau pembengkakan
tersebut meningkatkan tekanan di dalam kompartemen, sehingga aliran darah ke
kompartemen menjadi tersumbat.
Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen
adalah:
- Patah tulang
- Crush injury
- Luka bakar
- Gigitan ular
- Keseleo parah
- Memar parah di otot
- Komplikasi operasi pembuluh
darah
- Penggunaan perban yang
terlalu kencang
- Latihan berat dengan gerakan
berulang, seperti lari, tenis, berenang, dan bersepeda
Selain itu, penggunaan steroid anabolik juga bisa
meningkatkan risiko terjadinya sindrom kompartemen.
Gejala Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen bisa menyerang tangan, lengan, bokong, tungkai, dan
kaki. Namun pada sebagian besar kasus, sindrom kompartemen paling sering
terjadi di bagian lutut ke bawah. Gejalanya bisa muncul tiba-tiba (akut) atau
bertahap (kronis).
Pada sindrom kompartemen akut, gejalanya bisa muncul beberapa jam
setelah cedera dan memburuk dengan cepat. Gejalanya antara lain:
- Nyeri hebat, terutama saat
otot digerakkan
- Otot terasa kencang
- Kesemutan, rasa seperti terbakar,
atau mati rasa pada bagian yang cedera
- Bagian yang cedera tidak
bisa digerakkan
- Bengkak pada area yang
cedera
Nyeri hebat pada sindrom kompartemen akut umumnya tidak membaik setelah
penderita mengonsumsi obat antinyeri atau setelah bagian yang cedera di
posisikan lebih tinggi dari bagian dada.
Pada sindrom kompartemen kronis, gejalanya muncul bertahap selama
latihan. Biasanya, gejala akan hilang setelah beristirahat. Namun jika latihan
masih diteruskan, gejalanya bisa berlangsung dalam waktu lama.
Gejala sindrom kompartemen kronis antara lain:
- Kram otot saat berolahraga,
terutama di kaki
- Otot membengkak
- Kulit di area otot yang
terdampak terlihat pucat dan terasa dingin
- Pada kasus yang berat, sulit
menggerakkan anggota tubuh yang terdampak
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami
gejala sindrom kompartemen, terutama jika sebelumnya Anda mengalami cedera
berat. Penanganan yang cepat dapat mengurangi risiko kerusakan permanen di otot
dan saraf.
Diagnosis Sindrom Kompartemen
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat cedera yang dialami pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Salah satunya dengan
menekan area yang cedera untuk menentukan tingkat keparahan nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes khusus untuk
mengukur tekanan pada kompartemen. Tes ini dilakukan dengan memasukkan jarum
yang dilengkapi alat pengukur ke area yang cedera.
Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang
dengan pemindaian foto Rontgen dan MRI.
Pengobatan Sindrom Kompartemen
Pengobatan sindrom kompartemen tergantung pada jenisnya. Pada pasien
sindrom kompartemen kronis, gejala biasanya mereda setelah berhenti melakukan
aktivitas yang memicu gejala. Pasien juga akan disarankan melakukan terapi
mandiri berikut:
- Mengganti alas yang
digunakan untuk olahraga
- Mengganti jenis olahraga ke
yang lebih ringan
- Memosisikan bagian tubuh
yang cedera lebih tinggi dari bagian dada
Jika gejala masih berlangsung atau makin memburuk, dokter akan
memberikan obat antiinflamasi nonstreoid atau melakukan fisioterapi untuk
meregangkan otot pasien.
Operasi
Pada pasien sindrom kompartemen akut dan pasien sindrom kompartemen
kronis yang tidak sembuh setelah menjalani pengobatan di atas, dokter akan
melakukan operasi fasciotomy. Operasi ini harus dilakukan sesegera
mungkin untuk mencegah kematian jaringan (nekrosis).
Fasciotomy dilakukan dengan membuka fascia,
untuk mengurangi tekanan pada kompartemen dan mengangkat sel otot yang sudah
mati jika ditemukan. Setelah operasi, fascia akan dibiarkan
tetap terbuka sampai beberapa hari agar sindrom kompartemen tidak kambuh
kembali.
Komplikasi Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan
komplikasi serius, terutama pada kasus sindrom kompartemen akut. Beberapa
komplikasi yang bisa terjadi adalah:
- Infeksi
- Penurunan fungsi otot
- Kemunculan jaringan parut di
otot
- Kerusakan otot dan saraf
permanen
- Gagal ginjal akibat kematian
jaringan otot (rhabdomyolysis)
- Kematian jaringan yang
berakibat harus dilakukannya amputasi
Walaupun jarang terjadi, sindrom kompartemen yang terlambat ditangani
dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen tidak dapat dicegah, namun Anda bisa mengurangi
risiko terjadinya komplikasi dengan segera memeriksakan diri ke dokter jika
mengalami cedera, baik ringan maupun berat.
Jika terjadi cedera saat berolahraga, beberapa penanganan awal yang bisa
Anda lakukan adalah:
- Gunakan alas untuk
memposisikan bagian tubuh yang cedera lebih tinggi daripada bagian dada.
- Jika Anda menggunakan
perban, pastikan perban yang digunakan tidak terlalu ketat.
- Kompres area yang cedera
dengan es untuk mengurangi pembengkakan.
- Kurangi intensitas olahraga
dan berhenti saat tubuh sudah merasa lelah.
Post A Comment:
0 comments: