Stone man's disease atau penyakit manusia batu adalah kondisi langka yang membuat otot dan jaringan ikat tubuh perlahan mengeras seperti batu. Penyakit ini menyebabkan penderitanya kehilangan kemampuan bergerak secara bertahap.
Stone
man's disease atau terkadang disebut juga stone man's syndrome merupakan
penyakit yang terjadi akibat kelainan genetik. Kondisi ini dapat membuat otot
dan jaringan ikat tubuh, seperti ligamen dan tendon, secara perlahan menjadi
keras bagaikan tulang. Dalam istilah medis, penyakit ini disebut fibrodysplasia
ossificans progressiva (FOP).
Penyebab Stone Man's Disease
Anak-anak
umumnya memiliki gen yang dapat mengubah tulang rawan menjadi tulang. Pada gen
yang normal, perkembangan ini akan berhenti sesuai dengan waktunya, tepatnya
ketika anak beranjak dewasa. Namun, hal ini tidak terjadi pada penderita stone man’s disease.
Stone
man's disease terjadi akibat mutasi genetik pada gen ACVR1. Gen ACVR1
adalah salah satu gen yang mengendalikan pertumbuhan serta perkembangan tulang
dan otot.
Kelainan
genetik ini menyebabkan pertumbuhan tulang menjadi tidak normal dan tidak terkendali.
Akibatnya, tulang tumbuh di luar kerangka dan menggantikan jaringan ikat
seperti tendon, otot, dan ligamen. Alhasil, otot-otot dan jaringan tubuh yang
seharusnya lentur dan lunak akan mengeras karena tergantikan oleh jaringan
tulang.
Penyakit
langka ini dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Namun, pada
beberapa kasus, penderita stone
man’s disease tidak memiliki riwayat penyakit serupa dalam
keluarganya, baik pada orang tua maupun saudara kandung.
Tanda
dan Gejala Stone Man's Disease
Stone
man's disease tergolong penyakit yang sangat langka dan hanya menyerang
sekitar 1 dari 2 juta orang di dunia. Hingga akhir tahun 2019, tercatat ada
sekitar 800 kasus sindrom manusia batu di seluruh dunia. Sebanyak 285 kasus
terjadi di Amerika Serikat.
Gejala
penyakit ini dapat diketahui sejak penderitanya masih kanak-kanak. Meski
begitu, gejala bisa muncul kapan saja, bahkan saat penderitanya beranjak
remaja. Berikut ini adalah tanda dan gejala stone man's disease:
1.
Jari kaki cacat
Ciri khas
dari penyakit ini adalah kelainan pada jari kaki. Penderita stone man’s disease pada
umumnya terlahir dengan jari kaki yang berukuran lebih besar dari ukuran
normal. Selain itu, salah satu atau kedua jempol kaki juga bisa terlihat sangat
pendek dan bengkok.
2.
Benjolan pada bagian tubuh tertentu
Tanda lain
dari penyakit ini adalah munculnya benjolan seperti tumor pada bagian
punggung, leher, dan bahu. Benjolan ini merupakan pertanda bahwa jaringan
tulang lunak mulai berganti menjadi tulang.
Benjolan ini
tumbuh dengan cepat dan terasa menyakitkan. Benjolan yang berubah menjadi
tulang ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berlangsung seumur hidup.
3.
Kaku otot
Ketika
jaringan tubuh mulai mengeras menjadi tulang, penderita stone man’s disease akan
mengalami kaku otot dan sendi. Hal ini bisa membuat mereka sulit atau bahkan
sama sekali tidak dapat bergerak.
4.
Nyeri di bagian tubuh tertentu
Ketika
penyakit ini mulai muncul, penderitanya juga biasanya akan merasakan nyeri di
bagian tubuh tertentu, seperti di leher dan bahu. Rasa nyeri tersebut bisa
dirasakan menjalar ke seluruh tubuh dan terkadang disertai pembengkakan.
Selain
beberapa gejala di atas, penderita stone
man’s disease juga mungkin akan merasakan gejala lain berupa
rasa tidak nyaman di seluruh tubuh dan demam ringan. Beberapa gejala di atas
bisa berlangsung selama 6–8 minggu sampai benjolan dan jaringan tubuh berubah
menjadi tulang.
Munculnya
gejala stone man’s
disease bisa dipicu atau diperparah oleh faktor tertentu,
seperti cedera dan infeksi virus, misalnya influenza. Kondisi tersebut
dapat menimbulkan peradangan yang membuat jaringan otot penderita stone man’s disease berubah
menjadi tulang lebih cepat.
Dampak
Stone Man’s Disease
Dampak yang
dirasakan penderita stone
man’s disease tergantung pada bagian tubuh mana yang mengeras
karena ditumbuhi tulang tambahan. Hingga saat ini, penyakit manusia batu belum
bisa disembuhkan.
Kondisi ini
sering kali membuat penderitanya mengalami berbagai masalah kesehatan lain,
seperti:
Malnutrisi
Penderita stone man’s disease dapat
mengalami kesulitan dalam berbicara dan makan, sehingga menyebabkan penurunan
berat badan akibat malnutrisi atau kekurangan gizi. Hal ini terjadi karena
keterbatasan gerak mulut dan rahang akibat otot dan jaringan ikat di area
tersebut telah berubah menjadi tulang.
Gangguan
pendengaran
Pembentukan
tulang tambahan di bagian dalam telinga bisa menyebabkan gangguan pendengaran
berupa tuli konduktif. Hal ini dikarenakan tulang-tulang pendengaran di
dalam gendang telinga menjadi terlalu keras dan kaku.
Sulit
bernapas
Perubahan
jaringan otot dan jaringan ikat di bagian dada dan sekitar tulang rusuk dapat
membuat kinerja organ paru-paru terbatas. Hal ini bisa membuat penderita stone man’s disease kerap
mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas.
Selain itu,
karena saluran pernapasan kaku, penderita stone man’s disease juga lebih rentan
terhadap infeksi di saluran pernapasan, seperti hidung, tenggorokan, dan
paru-paru.
Sulit
atau tidak bisa bergerak
Stone
man’s disease juga sering kali dapat menyebabkan penderitanya menjadi
lumpuh karena jaringan otot tubuhnya mengeras dan kaku.
Tak sedikit
penderita stone man’s
disease yang harus hidup dengan alat bantu, seperti kursi
roda, sepanjang hidupnya. Sebagian penderita bahkan tidak bisa bangkit dari
tempat tidur secara permanen.
Gangguan
tulang belakang
Dalam
beberapa kasus, sindrom manusia batu ini menyebabkan penderitanya mengalami
gangguan skoliosis parah. Lambat laun, penderita akan mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berdiri, berjalan,
atau ketika ingin duduk.
Selain itu,
penderita penyakit ini berisiko lebih tinggi mengalami gagal jantung akibat
pertumbuhan tulang yang membuat otot jantung melemah. Benjolan yang semakin
menyebar dan berubah menjadi tulang akan membatasi gerak tubuh hingga
menyebabkan gangguan keseimbangan.
Stone
man’s syndrome juga bisa sangat berbahaya jika terjadi saat hamil, karena
bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.
Pengobatan Stone Man's Disease
Jika Anda
mengalami gejala stone
man’s disease, segera konsultasikan ke dokter. Guna memastikan
diagnosisnya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk
pemeriksaan fisik menyeluruh dan pemeriksaan penunjang seperti tes darah, CT
Scan, foto Rontgen, dan pemeriksaan genetik.
Penyakit ini
sebenarnya tidak bisa dicegah dan belum bisa disembuhkan. Pengobatan dan perawatan
yang dilakukan hanya untuk meringankan gejala, mencegah pembentukan tulang
baru, dan memperbaiki kualitas hidup penderita.
Jika hasil
pemeriksaan medis dari dokter menunjukkan bahwa Anda menderita stone man’s disease,
dokter dapat memberikan penanganan berupa:
Pemberian
obat-obatan
Untuk
mengurangi gejala dan memperlambat perjalanan penyakit, dokter dapat memberikan
obat-obatan, seperti kortikosteroid. Obat ini juga berfungsi untuk
mengurangi peradangan dan pembengkakan di tubuh agar jaringan tubuh tidak
semakin cepat berubah menjadi tulang.
Selain itu,
dokter juga dapat memberikan obat-obatan pereda nyeri untuk meringankan rasa
sakit dan obat pelemas otot (muscle
relaxant) untuk meringankan gejala kaku otot.
Fisioterapi
dan terapi okupasi
Terapi
okupasi bisa berupa latihan fisik maupun latihan untuk membantu penderita
agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti makan,
berjalan, atau mengenakan pakaian. Terapi okupasi juga bisa dilakukan untuk
menuntun penderita terbiasa menggunakan alat bantu.
Selain terapi
okupasi, dokter juga mungkin akan menyarankan pasien untuk menjalani fisioterapi untuk
mengurangi kerusakan pada jaringan tubuh dan meringankan gejala yang dirasakan.
Selain beberapa
langkah penanganan di atas, dokter juga mungkin akan menyarankan penggunaan
alat bantu napas jika penderita stone
man’s disease mengalami kesulitan bernapas akibat kaku otot di
dada dan sekitar paru-paru. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penderita
mengalami gagal napas.
Tidak ada
tindakan medis yang dapat menghilangkan atau menghentikan pertumbuhan tulang
baru pada kasus stone
man’s disease. Operasi pengangkatan tulang baru tidak dapat
dilakukan karena justru akan semakin memperparah kondisi, yaitu memicu
pembentukan tulang baru lainnya.
Selain
operasi, prosedur medis tertentu seperti tindakan biopsi atau
pemberian suntikan obat atau imunisasi pada jaringan otot juga perlu
dihindari. Hal ini karena tindakan tersebut dapat memicu pertumbuhan tulang
baru yang semakin cepat menyebar ke daerah lainnya.
Penyakit stone man’s disease memang
tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya bisa diringankan. Selain itu,
penanganan dari dokter juga penting untuk mencegah pasien mengalami komplikasi
atau dampak kesehatan lain akibat stone
man’s disease. Oleh karena itu, periksakanlah diri ke dokter bila
mengalami gejala penyakit ini.
Post A Comment:
0 comments: