Bulu Kucing – Sebagai salah satu hewan peliharaan favorit masa kini, kucing   memiliki kebiasaan yang cukup unik. Hewan tersebut seringkali terlihat menjilati bulu dan tubuhnya sendiri. Kebiasaan tersebut sebenarnya dipelajari kucing ketika mereka dirawat induknya saat masih kecil.

Ini Alasan Kucing Suka Menjilati Bulu-bulunya

Ini Alasan Kucing Suka Menjilati Bulu-bulunya

kucing susah makan adopsi kucing memandikan kucing usia dan dampaknya virus kucing

“Selain membersihkan tubuh, ternyata ada banyak alasan lain mengapa kucing suka menjilat bulu sendiri. Mulai dari mendinginkan tubuhnya sendiri, hingga melindungi tubuhnya dari infeksi parasit seperti kutu. Namun, bila kebiasaan tersebut dilakukan terlalu sering, hal ini perlu diwaspadai.”

Namun, bagi kebanyakan orang awam, kebiasaan kucing menjilati Rambut dan tubuhnya mungkin bertujuan untuk membersihkan dirinya. Hal tersebut sebenarnya tidaklah salah, tetapi ada banyak alasan lain mengapa kucing menjilat bulunya sendiri. Penasaran apa saja alasan tersebut? Yuk, simak ulasannya di sini!

Alasan Mengapa Kucing Suka Menjilati Bulu

Menurut Cynthia McManis, dokter hewan dan pemilik Just Cats Veterinary Services, kucing dewasa dapat menghabiskan hingga 50 persen waktunya untuk merawat dirinya untuk self grooming alias menjilati diri sendiri. Selain membersihkan dirinya, berikut adalah beberapa alasan mengapa kucing suka menjilati bulunya, antara lain:

  • Mendinginkan Tubuhnya Sendiri

Salah satu alasan mengapa kucing menjilati bulunya adalah untuk mendinginkan suhu tubuhnya agar tetap normal. Sebab, kucing dapat menghasilkan sedikit keringat dari kakinya, tetapi kebanyakan dari mereka juga akan mengandalkan penguapan air liur pada bulunya. Maka dari itu, kucing akan menjilati dirinya sendiri agar dapat mengontrol sekitar sepertiga dari proses pendinginan tubuhnya sendiri.

  • Melindungi Diri dari Predator

Secara naluriah, kucing akan membersihkan makanan dan penyebab bau lainnya dari tubuhnya agar tidak terdeteksi dari predator. Perlu diketahui bahwa indra penciuman kucing empat belas kali lebih kuat daripada manusia. Selain itu, sebagian besar hewan pemangsa, termasuk kucing, akan melacak mangsanya melalui penciuman.

  • Menghangatkan Tubuhnya Sendiri

Kucing dapat membantu distribusi minyak alami pada tubuhnya secara merata di sekitar bulunya, dengan menjilati tubuhnya sendiri. Nah, minyak alami tersebut berperan dalam melindungi dirinya dari udara lembab dan menyegel panas.

  • Menjaga Lukanya Tetap Bersih

Air liur kucing diduga mengandung enzim yang dapat mengubahnya menjadi antibiotik alami. Apabila kucing menjilati Rambut sendiri, hal tersebut mungkin juga dilakukannya untuk melindungi tubuhnya dari infeksi. Meski begitu, bila kamu memelihara kucing dan melihat adanya luka pada tubuhnya, segeralah periksakan dirinya ke dokter hewan.

  • Merangsang Sirkulasi Darah

Kebiasaan kucing menjilati dirinya sendiri juga merupakan upayanya untuk merangsang sirkulasi darah pada tubuhnya. Lidah kucing diketahui juga ditutupi oleh Rambut kecil. Kondisi fisik tersebut memiliki peran yang sama dengan sikat rambut yang digosok pada kulit kepala manusia.

  • Membersihkan Diri untuk Relaksasi

Dilansir dari The Spruce Pets, kegiatan perawatan diri atau self grooming akan terasa menyenangkan bagi kucing. Kebiasaan tersebut akan memberikan mereka kenyamanan dan rasa relaksasi pada diri mereka. Selain merawat dirinya sendiri, kucing juga dapat merawat sesama kucing dan teman manusia mereka (orangtua yang mengadopsinya).

  • Melindungi Tubuhnya dari Parasit

Ketika kucing menjilati bulunya sendiri, lidah mereka yang seperti duri akan merangsang kelenjar sebaceous pada dasar rambut mereka. Nantinya, kelenjar sebaceous tersebut akan menyebarkan sebum yang dihasilkan ke seluruh rambut. Tujuannya untuk membantu membersihkan lapisan kotoran dan parasit seperti kutu dari kulitnya. Sementara itu, bila terdapat kotoran yang sulit dibersihkan pada tubuhnya, maka kucing akan membersihkannya dengan giginya.

Hal yang Perlu Diwaspadai

Meski kebiasaan kucing untuk menjilati Rambut atau tubuhnya bertujuan sebagai perawatan diri, tapi kebiasaan menjilat yang berlebihan atau obsesif perlu diwaspadai. Sebab kondisi tersebut dapat menyebabkan kebotakan dan luka pada kulit kucing bila dibiarkan. 

Pemicu kebiasaan tersebut sebenarnya bervariasi. Salah satunya adalah kucing mengalami stres, berkaitan dengan perubahan. Perlu diingat kucing sangat tidak menyukai perubahan dalam bentuk apa pun. Contohnya seperti adanya perubahan makanan yang diberikan, hingga perubahan letak furnitur. 

Di samping itu, kebiasaan menjilati Rambut dan tubuh yang berlebihan juga dapat dipicu oleh gangguan pada fisiknya. Contohnya seperti gigitan kutu atau kurap pada kulit kucing. Oleh sebab itu, penting untuk memeriksakan kucing ke dokter hewan bila dirinya terlalu sering menjilati tubuhnya sendiri. Guna benar-benar memastikan penyebab perawatan diri yang bersifat obsesif tersebut.

Itulah penjelasan mengenai alasan mengapa kucing suka menjilati bulu dan tubuhnya sendiri. Tujuannya untuk membersihkan dirinya sebagai bentuk perawatan tubuh. Di samping itu, terdapat beberapa alasan lain mengapa kucing menjilat tubuhnya. Mulai dari mendinginkan tubuhnya sendiri, hingga melindungi tubuhnya dari parasit. 

Bila kucing peliharaan terlalu sering menjilat tubuhnya sendiri, segeralah periksakan dirinya ke dokter hewan. Sebab, kebiasaan tersebut bisa jadi merupakan indikasi akan adanya luka yang tak kunjung membaik pada dirinya. Luka yang tidak ditangani tentu dapat menjadi infeksi yang dapat mengancam keselamatan jiwa hewan tersebut. 

Penyebab Bulu Kucing Rontok yang Perlu Diwaspadai

Penyebab Bulu Kucing Rontok yang Perlu Diwaspadai
Penyebab Bulu Kucing Rontok yang Perlu Diwaspadai

“Tak hanya manusia yang mengalami rambut rontok, kucing juga bisa mengalami bulu rontok. Sayangnya, beberapa pemilik mengira ini hal yang wajar terjadi. Padahal, kerontokan bulu pada kucing adalah hal yang perlu diwaspadai dan ditangani dengan segera.”

Sifatnya yang manja dan lucu menjadikan kucing sebagai hewan peliharaan pilihan banyak orang. Tak hanya itu, bulunya yang lembut dan tebal pun jadi nilai tambah, karena katanya, mengelus kucing bisa membantu mengurangi stres yang dirasa pada tubuh. Inilah mengapa, kesehatan bulu kucing tentu perlu diperhatikan dan dirawat sehingga bebas dari bulu rontok. 

Sayangnya, tak sedikit pemilik kucing yang merasa kerontokan Rambut pada hewan satu ini adalah hal yang biasa terjadi. Padahal, kondisi tersebut perlu segera ditangani sehingga tidak berdampak buruk untuk kucing. Sebenarnya, apa sih penyebab bulu rontok pada kucing yang perlu diwaspadai? Berikut ini beberapa di antaranya: 

  • Ada Masalah Kesehatan pada Kulit

Ada kemungkinan kucing mengalami infeksi seperti kurap kucing  (infeksi jamur), berkembangnya parasit, misalnya tungau atau kutu, atau kondisi kulit kucing lain yang disebabkan oleh alergi. Oleh karena semua ini akan mengiritasi kulit, kucing akan terus menggaruk untuk membantu mengurangi gatal yang dirasakan. Dampaknya tentu kucing akan mudah mengalami kebotakan atau hairball, ketika ia membersihkan atau menggaruk area tersebut.

  • Hormon yang Tidak Seimbang

Kerontokan bulu pada kucing juga bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Hormon tertentu bertanggung jawab atas pertumbuhan bulu kucing dan mungkin juga menjadi alasan mengapa kucing mengalami kerontokan Rambut . Kelebihan atau kekurangan hormon tersebut bisa mengakibatkan bulu rontok. Kamu mungkin juga menemukan bahwa kucing yang hamil atau menyusui kehilangan bulunya karena perubahan hormon mereka selama waktu tersebut, tetapi jangan terlalu khawatir karena bulu pada akhirnya akan tumbuh kembali seiring waktu.

  • Merasa Stres

Ketika kucing stres dan menjilat atau mencakar secara obsesif, mereka bisa kehilangan rambut. Dokter hewan menyebut ini “alopecia psikogenik.” Kucing yang memilikinya cenderung memilih di perut, tubuh bagian samping, dan kaki mereka. Ini paling umum pada ras betina. Rawat luka mereka, dan tanyakan kepada dokter hewan apakah mereka membutuhkan antidepresan atau perubahan lingkungan.

  • Diet yang Salah dan Kondisi Medis Tertentu

Pola makan yang tidak sehat, kesehatan yang buruk, atau penyakit yang tidak terdeteksi dapat menjadi penyebab kucing kehilangan bulunya. Jadi, kamu disarankan untuk segera bertanya pada dokter hewan untuk mencari tahu penyebab pasti kerontokan bulu dan penanganan yang tepat. Pasalnya, beberapa penyebab kerontokan rambut pada kucing juga dapat menyerang manusia dan menular.

Ingatlah bahwa bulu kucing yang rontok terjadi sepanjang tahun, tetapi mereka cenderung rontok lebih parah pada musim panas dan musim gugur yang dikenal sebagai musim ganti Rambut kucing. Jika kerontokan rambut terjadi di seluruh tubuh mereka tanpa muncul kebotakan, kondisi ini terjadi secara alami dan bisa membaik dengan sendirinya.

  • Penyebab Lain yang Langka

Ras kucing murni, seperti Himalaya dan Bengal lebih mungkin memiliki gen yang menyebabkan kerontokan bulu. Sementara ras lainnya seperti Sphynx, mengalami pembiakan khusus agar tidak tumbuh bulu. Ada beberapa kondisi lain yang bisa dibilang langka yang menyebabkan bulu rontok pada kucing, termasuk gejala masalah sistem kekebalan, diabetes, tiroid yang terlalu aktif, atau kanker.

Itu tadi beberapa penyebab Rambut rontok pada kucing yang perlu diwaspadai dan segera ditangani. Jangan lupa untuk selalu melakukan perawatan kesehatan rutin pada kucing kesayanganmu, ya!

Hati-Hati, Ini Bahaya Bulu Kucing untuk Ibu Hamil

Bahaya Bulu Kucing untuk Ibu Hamil

“Memelihara hewan peliharaan, seperti kucing, memang bisa mengurangi stres pada ibu hamil. Namun, kucing juga bisa menyebabkan ibu hamil berisiko mengalami masalah kesehatan. Meskipun memelihara kucing dinilai aman untuk ibu hamil, bulu kucing bisa berbahaya untuk kesehatan ibu hamil karena bisa menyebabkan alergi dan asma. Pertimbangkan dengan matang bila ingin memelihara kucing saat hamil.

Kamu kan lagi hamil, jangan dekat-dekat kucing. Bulunya bisa membahayakan kehamilan kamu, lho!” Buat kamu pencinta kucing dan sedang hamil, nasihat seperti itu mungkin sudah sering kamu dengar. 

Kucing memang merupakan hewan peliharaan yang sudah dikenal tidak baik untuk ibu hamil. Katanya, Rambut kucing bisa membuat wanita menjadi mandul, terjangkit toksoplasma, bahkan keguguran. Namun, benarkah hal itu?

Bahaya Bulu Kucing untuk Ibu Hamil

Meskipun dinilai sebagai hewan yang bersih, kucing bisa membawa parasit T. gondii yang merupakan penyebab dari toksoplasma. Meski begitu, pecinta kucing yang sedang hamil dan memelihara hewan ini di rumah tidak perlu khawatir yang berlebihan. Pasalnya, bahaya toksoplasma bukan berasal dari bulu kucing peliharaan, tapi dari mengonsumsi daging yang kurang matang atau mentah.

Lalu, bagaimana toksoplasma dapat menjangkiti kucing peliharaan? Kucing peliharaan tetap berisiko membawa parasit penyebab penyakit tersebut dari binatang lain yang termakan olehnya, serta konsumsi daging mentah yang terinfeksi. Cara untuk mencegahnya, pastikan untuk selalu memantau kondisi kesehatan hewan peliharaan.

Alih-alih menyebabkan toksoplasma, Rambut kucing berbahaya untuk ibu hamil karena bisa meningkatkan risiko ibu mengalami alergi. Alergi hewan peliharaan adalah jenis alergi yang umum yang juga bisa dialami oleh ibu hamil. Ini adalah jenis alergi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein yang ditemukan dalam sel-sel kulit hewan, air liur dan urine.

Alergi hewan peliharaan paling sering dipicu oleh paparan serpihan kulit mati dari hewan peliharaan berbulu, seperti kucing atau anjing. Alergi biasanya tidak menimbulkan risiko yang serius pada ibu maupun bayi.

Namun, alergi bisa memicu terjadinya gejala asma atau memperburuk asma pada ibu hamil yang sudah mengidap masalah kesehatan tersebut sebelumnya. Reaksi alergi yang parah, seperti anafilaksis juga bisa berbahaya bagi ibu dan bayi. 

Amankah Memelihara Kucing saat sedang Hamil? 

Memelihara kucing sebenarnya dinilai aman untuk ibu hamil. Malahan hal itu bisa memberikan manfaat kepada ibu hamil, karena bisa mengurangi tingkat stres. Meski begitu, bagi ibu hamil yang punya alergi hewan peliharaan atau asma, sebaiknya pertimbangkan kembali untuk memelihara hewan tersebut.

Bila ibu hamil tetap ingin memelihara kucing, berikut langkah-langkah yang bisa ibu lakukan untuk mencegah bahaya bulu kucing:

  • Kurangi frekuensi bermain dengan kucing peliharaan dan jauhkan ia dari kamar tidur ibu.
  • Mintalah seseorang yang tidak memiliki alergi untuk merawat dan memandikan kucing peliharaan secara teratur. Hal ini bisa membantu mengurangi jumlah alergen yang hewan tersebut keluarkan.
  • Cuci tempat tidur dan mainan kucing peliharaan secara teratur.
  • Bila kucing peliharaan kamu tinggal di kandang, bersihkan kandangnya secara teratur. Mintalah seseorang yang tidak memiliki alergi untuk melakukannya di luar rumah. Ganti alas kandang kucing yang sudah kotor dengan urin dan feses.
  • Bukalah jendela secara rutin untuk meningkatkan sirkulasi udara.
  • Rajin mencuci tangan. Lakukan setelah bermain dengan kucing, sebelum menyentuh area mulut, dan sebelum makan.

Ketahui Bahayanya Bulu Kucing bagi Ibu Hamil

Di balik manfaatnya mengurangi stres dan depresi, memelihara kucing ternyata bisa meningkatkan risiko penularan penyakit. Sebenarnya, bukan langsung dari kucingnya, melainkan dari parasit yang menempel pada tubuh hewan ini. 

Inilah yang menyebabkan Rambut kucing tidak jarang menjadi ancaman, terutama untuk ibu hamil atau orang-orang dengan imunitas tubuh yang rendah. Salah satunya adalah alergi bulu. Bulu hewan bukan menjadi penyebab utama, melainkan percikan ludah, serpihan kulit, dan urine kucing. Bahkan, ketika kucing membersihkan tubuh dengan menjilati bulunya, risiko alergi menyerang pun sama tingginya. 

Bahaya Bulu Kucing bagi Ibu Hamil

Reaksi alergi yang biasanya terjadi adalah rhinitis alergi yang mirip dengan gejala flu. Beberapa orang akan menunjukkan gejala seperti mata gatal, sering bersin, pilek, dan terjadinya peradangan pada area sinus. Sering terjadi, alergi yang disebabkan karena bulu kucing juga memicu seseorang mengalami asma. 

Ibu hamil harus waspada ketika memelihara kucing di rumah kala sedang mengandung. Rajinlah memeriksakan kandungan setiap bulan untuk mendeteksi jika terjadi kelainan pada kehamilan, sehingga bisa dilakukan penanganan sebelum komplikasi terjadi.

Ibu sekarang bisa membuat janji dengan dokter kandungan di rumah sakit terdekat, atau bertanya apa saja langsung pada dokter kandungan

Tidak hanya alergi, ada banyak penyakit lain yang mengincar kesehatan ibu hamil akibat bulu kucing, berikut beberapa di antaranya:

  • Toksoplasmosis

Penyakit ini yang rentan menyerang ibu hamil yang memiliki kucing sebagai hewan peliharaan. Toxoplasma gondii menjadi parasit penyebab utama toksoplasmosis, menginfeksi manusia melalui kotoran kucing yang terkontaminasi. Kontaminasi bisa terjadi ketika kucing menjilati bulunya, dan manusia yang menyentuhnya sudah pasti turut terinfeksi oleh parasit ini. 

  • Kurap

Infeksi jamur pada kulit, yang dikenal dengan kurap bisa menyerang manusia melalui perantara kucing. Sama halnya dengan toksoplasmosis, penularan kurap dari hewan kucing pada manusia terjadi ketika manusia membelai bulu kucing yang sudah terkontaminasi jamur penyebab penyakit kurap. 

  • Penyakit Akibat Cakar Kucing

Hati-hati pada penyakit satu ini. Infeksi pada manusia sering terjadi melalui cakaran atau gigitan kucing. Namun, tidak menutup kemungkinan penularannya bisa terjadi melalui bulu kucing. Bahaya bulu kucing untuk ibu hamil ini baru menimbulkan gejala dalam waktu kurang lebih 10 hari pada bekas cakaran atau gigitan, berupa benjolan kecil. 

Bisakah Dilakukan Pencegahan?

Satu-satunya cara adalah menjaga kebersihan kucing  dan lingkungan dalam maupun luar rumah. Terutama jika kucing senang menghabiskan waktu di taman. Hindari kucing main ke luar rumah atau ke jalanan, karena risiko kontaminasi penyakit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kucing yang tidak ke luar rumah.

Setelah ibu menyentuh atau membelai kucing maupun membersihkan kotorannya, pastikan tangan sudah dicuci bersih dengan sabun, terutama ketika akan makan. Jangan lupa, bawa kucing kesayangan ke klinik hewan untuk dilakukan pengecekan kesehatan. 

Bahaya Bulu Kucing yang Mesti Diwaspadai

Kucing adalah salah satu hewan yang sering dijadikan hewan peliharaan. Tingkahnya yang menggemaskan membuat banyak orang yang jatuh hati padanya. Namun, memelihara kucing bukan tidak ada risikonya bagi kesehatan. Salah satu penyebab penyakit dari kucing adalah bulunya yang mudah rontok.

Pasalnya, mungkin saja terdapat bakteri yang menempel pada bulu kucing tersebut akibat ia bermain di lingkungan yang kotor. Beberapa kelompok orang, seperti ibu hamil dan orang yang mengidap penyakit autoimun juga dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi terkena dampaknya. 

Mengenal Penyakit Akibat Bulu Kucing

Supaya kamu kelak bisa lebih waspada dan telaten dalam mengurus kucing di rumah, berikut ini terdapat risiko penyakit yang muncul akibat bulu kucing, antara lain:

  • Reaksi Alergi. Reaksi alergi bukan muncul dari bulu kucing, melainkan dari air ludah dan urinenya. Sehingga saat ia menjilat dirinya sendiri, maka bulunya terkena air ludah tersebut. Reaksi alergi yang muncul umumnya bisa sebabkan gejala flu, termasuk di antaranya adalah mata gatal, bersin, pilek, dan peradangan pada sinus. Selain itu, bulu kucing dapat memicu serangan asma. 
  • Penyakit Cakar Kucing (cat scratch disease). Penyakit akibat cakaran kucing umumnya tidak menyebabkan gejala. Tetapi bakteri Bartonella henselae bisa berpindah pada manusia melalui cakaran atau gigitan kucing. Penularan bakteri bisa melalui cara lain, seperti habis mengelus kucing dan kemudian kamu menyeka mata dengan tangan yang sudah terkontaminasi bakteri. Umumnya muncul benjolan kecil dalam jangka waktu 10 hari. Benjolan tersebut juga bisa diikuti dengan gejala-gejala lain seperti mual, muntah, demam, menggigil, lelah, peradangan, dan rasa nyeri pada bagian kelenjar getah bening. Bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat, penyakit cakar kucing ini tidak memberi akibat serius. Segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit apabila kamu mengalami gejala aneh usai melakukan kontak dengan kucing. Untuk mengunjungi rumah sakit
  • Kurap. Infeksi jamur kulit bisa terjadi akibat bulu kucing. Penularannya terjadi saat seseorang membelai kucing dan tidak mencuci tangan setelahnya.
  • Toksoplasmosis. Ini merupakan salah satu penyakit yang cukup dikhawatirkan oleh banyak orang. Toksoplasmosis bisa disebabkan parasit Toxoplasma gondii yang terdapat pada feses (kotoran) kucing yang sudah terinfeksi. Sekitar 2-3 minggu setelah terinfeksi, kucing akan mengeluarkan parasit pada kotorannya. Saat kucing menjilati bulunya, kemungkinan parasit ini bisa tertinggal pada bulu kucing yang kemudian dapat berpindah pada manusia ketika membelainya. Penyakit tokso dari parasit yang dibawa oleh bulu kucing bisa menyebabkan cacat untuk bayi lahir dan rentan mengalami keguguran.

Lantas, Bagaimana Cara Tidak Tertular Penyakit Akibat Bulu Kucing?

Tentunya kamu tidak mau terjangkit beberapa penyakit di atas, kan? Untuk itu, simak beberapa cara untuk mengurangi risiko penyakit akibat bulu kucing berikut ini:

  • Beri Makanan Sehat. Langkah utama mencegah penyakit akibat bulu kucing adalah memberinya makanan kaya protein dan vitamin. Tidak hanya makanan, minuman juga harus diperhatikan, jangan sampai ia minum dari sumber air yang kotor untuk memperlancar proses pencernaan. 
  • Memandikan Kucing. Salah satu langkah mencegah penyakit pada kucing adalah membersihkannya dengan benar, yakni memandikannya dengan rutin. Selain untuk menjaga kebersihan si kucing, mandi juga menghilangkan kutu, jamur atau parasit yang menempel pada bulu.
  • Pastikan Membuat Tempat Pup Khusus. Kotoran adalah sumber penyakit akibat kucing. Supaya kotorannya tidak berada di sembarang tempat, kamu bisa memberinya wadah atau litter box khusus. Latih juga agar kucing peliharaan kamu mau membuang kotorannya di tempat khusus tersebut. 

Mitos dan Fakta Seputar Bahaya Bulu Kucing

Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang menggemaskan. Tingkah lakunya yang lucu kadang membuat kita yang awalnya lelah setelah seharian bekerja menjadi segar kembali. Oleh karena itu, hewan ini menjadi salah satu favorit banyak orang. Namun, di balik kegemasan dan kelucuannya, bahaya bulu kucing bisa saja mengintai kita. Apalagi buat mereka yang memiliki alergi terhadap bulu kucing, berhenti memeliharanya mungkin menjadi pilihan tepat. 

Jelas, kita tahu bahwa memiliki hewan peliharaan memiliki banyak manfaat besar. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Pertama, jelas kamu harus mengetahui dulu fakta-fakta seputar bulu kucing sehingga kamu tidak termakan mitos yang selama ini salah. Simak ulasannya dalam artikel ini!

Inilah Mitos dan Fakta Seputar Bulu Kucing

Kamu pecinta kucing? Sebaiknya ketahui beberapa mitos dan fakta seputar bulu kucing, di sini!

Mitos: Beberapa ras kucing menyebabkan alergi dan hipoalergenik

Fakta: Berita buruknya, kucing bisa menyebabkan alergi pada manusia. Kucing menghasilkan beberapa alergen yang diketahui bereaksi dengan IgE manusia: secretoglobin Fel d1, Fel d2 / albumin, Fel d3, lipocalin Fel d4 dan Fel d5.2 Fel d1 adalah yang paling banyak dikarakterisasi dan dianggap sebagai satu-satunya yang paling kuat alergen kucing. Alergen utamanya adalah Fel d1 yang dapat menginduksi asma dan alergi. Molekul Fel d1 diproduksi di kelenjar sebasea atau kelenjar minyak, saliva, dan anal. Molekul ini terdistribusikan pada bulu kucing dengan cara kucing menjilati tubuh atau bulunya.

Namun, adakah kucing yang tidak menyebabkan alergi? Ilmuwan masih berdebat mengenai hal ini, tetapi menurut Penelitian Satorina dkk yang di publikasikan di jurnal Clinical and Translational Allergy tahun 2014 menyebutkan bahwa kucing hipoallergy adalah kucing yang menghasilkan dan menyebarkan lebih sedikit Fel d1 dibandingkan kucing biasa. Jadi kucing hipoallergenic ini bisa menjadi alternatif bagi orang-orang yang mengalami atopi atau alergi terhadap kucing. Namun, penelitian ini belum bisa mendukung gagasan bahwa ada breed/ ras tertentu yang hypoallergenic.

Mitos: Kucing tanpa bulu, seperti kucing Sphynx, tidak menyebabkan alergi

Fakta: Sayangnya, kucing tanpa bulu seperti kucing Sphynx juga tidak hipoalergenik. Faktanya, tidak ada penelitian ilmiah untuk mendukung gagasan bahwa setiap ras menyebabkan reaksi alergi yang lebih atau kurang parah. 

Penelitian lain menunjukkan bahwa kucing siberia yang mendapatkan klaim dari beberapa breeders sebagai hipoalergenik pun masih bisa memicu alergi. Pada penelitian tersebut telah ditemukan dua mutasi yang terdeteksi pada gen Ch1 dan Ch2 yang mengkode alergen Fel d1. Kondisi ini yang memungkinkan mutasi ini relevan dengan alasan mengapa kucing siberia di klain sebagai kucing hipoalergenik. Namun, untuk memastikan kondisi ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Mitos: Bulu kucing tidak membahayakan ibu hamil

Fakta: Secara umum, bulu kucing yang sehat tidak membahayakan ibu hamil. Bahaya bulu kucing bisa terjadi jika kucing yang kamu pelihara mengalami infeksi toksoplasmosis. Penyakit ini disebabkan parasit yang disebut Toxoplasma gondii yang terdapat pada feses (kotoran) kucing yang sudah terinfeksi. Sekitar 2–3 minggu setelah terinfeksi, kucing bisa mengeluarkan parasit pada kotorannya. Saat kucing menjilati bulunya, kemungkinan parasit akan tertinggal pada bulu kucing yang kemudian dapat berpindah pada manusia ketika membelainya. 

Oleh karena itu, ia bisa membahayakan ibu hamil. Jika parasit ini menginfeksi ibu hamil, maka ia bisa alami gangguan kehamilan seperti keguguran, kelahiran mati, atau toksoplasmosis kongenital yang menimbulkan kerusakan otak, kehilangan pendengaran, dan gangguan penglihatan pada bayi pada saat atau beberapa bulan atau tahun setelah dilahirkan.

Lakukan Ini untuk Mencegah Bahaya Bulu Kucing

Cara paling aman saat memelihara kucing adalah dengan menjaga kondisi kesehatan hewan peliharaan dan juga kebersihan diri sendiri setelah melakukan kontak dengan hewan. Pastikan untuk selalu cuci tangan dengan sabun antibakteri setelah menyentuh kucing kesayangan, terutama sebelum menyiapkan makanan. Ajarkan juga hal tersebut pada anggota keluarga yang lain. Sebagai tindakan pencegahan lain, hindari lokasi bermain anak-anak yang mungkin terkontaminasi feses kucing.

Selalu periksakan juga kondisi kesehatan kucing ke dokter hewan. Infeksi dapat dideteksi dengan kunjungan rutin ke dokter hewan. Jika kamu atau anggota keluarga memiliki alergi terhadap bulu kucing, tetapi tetap ingin memeliharanya, kamu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi dan imunologi.

Terakhir, pastikan juga agar kucing selalu bersih dan sehat, termasuk bulu dan cakarnya. Kucing senang menggali tanah dengan cakarnya, apabila kamu menemukan kucing melakukan hal tersebut, segera bersihkan kukunya dengan menggunakan sampo khusus. Hindari juga membiarkan kucing menaiki atau tidur di tempat tidur kamu, meskipun ia dalam kondisi bersih. Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menghindari bahaya bulu kucing. 

Perawatan yang Bisa Dilakukan agar Bulu Kucing Lebat

“Setiap pemilik kucing perlu menjaga agar bulu kucing tetap lebat. Perawatan rutin perlu dilakukan agar bulunya tetap indah dan nyaman untuk disentuh. Dengan perawatan ini, kamu juga dapat menjaga kesehatan tubuhnya agar terhindar dari penyakit.”

Kucing yang memiliki bulu yang lebat merupakan impian semua pemiliknya. Saat bulunya lebat, tentu terlihat lebih cantik dan sangat nyaman untuk disentuh.

Namun, tidak semua pemilik kucing tahu cara yang paling tepat agar bulu kucing tetap lebat. Nah, jika kamu ingin tahu caranya, simak ulasan berikut ini!

Cara Efektif Agar Bulu Kucing Lebat

Kondisi kulit dan bulu kucing dapat menjadi indikator kesehatan dari hewan peliharaan kamu. Bulunya harus mengkilap, halus, tidak mudah rontok, dan kulitnya harus kenyal serta bersih. Memang kesehatan dan nutrisi dapat memengaruhi kilau dan tekstur dari bulu kucing dari dalam, perawatan rutin juga diperlukan agar bulu kucing tetap lebat dan bersih, apa pun jenis bulunya.

Semua kucing bisa mendapatkan manfaat dari menyisir tubuhnya secara teratur guna menghilangkan bulu-bulu yang rontok dan sel-sel kulit yang mati. Hal ini juga dapat menjaga bulunya bebas dari kotoran dan parasit yang menempel. Bahkan, rutin menyisir bulu kucing juga mendistribusikan minyak kulit alami di sepanjang batang rambutnya.

Kucing dengan bulu yang panjang, halus, atau keriting perlu disikat setiap hari agar bulunya tidak kusut, terutama di sekitar telinga, ketiak, hingga di sepanjang bagian belakang kaki. Untuk kucing dengan bulu yang pendek, menyikat tubuhnya tidak sesering kucing dengan bulu yang panjang.

Setelah rutin menyisir tubuhnya cara menjaga agar bulu kucing tetap sehat dan bersih, bagaimana cara agar bulu kucing tetap lebat?

1. Perhatikan Pola Diet

Sebagai pemilik kucing, hewan ini perlu diberi makan secara seimbang dan sesuai dengan sifatnya. Jika kamu hanya memberi makan satu jenis saja, seperti makanan kering, tentu dapat menimbulkan efek negatif pada penampilan bulunya.

Pastikan kamu memberikan makanan yang kaya akan kandungan lemak omega 3, 6, vitamin, dan juga nutrisi lainnya. Lakukan hal ini agar bulu kucing tetap lebat.

2. Hindari Kucing dari Stres

Kucing yang mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan bulunya rontok. Stres dapat disebabkan karena lingkungan yang tidak nyaman, adanya orang baru di rumah, adanya kucing baru di rumah, atau pindah rumah.

Stres juga dapat membuat kucing tidak nafsu makan yang membuat Rambut rontok dan bahkan sakit. Maka dari itu, pastikan untuk mengatasi segala hal yang menyebabkan kucing stres. Jika tidak kunjung sembuh, ada baiknya dibawa ke dokter hewan.

3. Rutin Memandikan Kucing

Cara lainnya agar bulu kucing tetap lebat adalah dengan rutin memandikannya. Kucing yang jarang mandi rentan menjadi sarang kutu, cacing, dan parasit yang menyebabkan penyakit.

Selain itu, penyakit kulit juga rentan terjadi akibat jarang dimandikan yang bisa membuat bulunya menjadi rontok. Maka dari itu, pastikan untuk rutin memandikannya dengan air hangat, paling tidak seminggu sekali agar pertumbuhan bulunya tetap lebat.

Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan agar bulu kucing lebat. Lakukanlah semua hal tersebut secara rutin, bukan hanya agar Rambut kucing terawat, tetapi juga agar kesehatannya tetap terjaga. Jika masalah kerontokan bulu terus terjadi, ada baiknya langsung memeriksakan kesehatan kucing secara keseluruhan pada dokter hewan.

Adakah Cara Efektif untuk Memanjangkan Bulu Kucing?

“Salah satu bagian tubuh yang paling banyak menjadi perhatian pemelihara kucing adalah Rambut kucing. Oleh karena itu, banyak orang yang ingin tahu bagaimana cara memanjangkan bulunya dan membuatnya sehat dan berkilau. Padahal kuncinya hanya perawatan yang tepat dan pemenuhan nutrisi.”

Bulu yang tebal nan berkilau pada kucing adalah pertanda kesehatan yang baik. Ini menyiratkan bahwa kucing dirawat dengan baik dan ia merasa bahagia dan sehat. Rambut yang berkilau dan dalam kondisi prima juga merupakan cerminan dari pemilik yang peduli yang mengutamakan kesejahteraan hewan peliharaannya.

Namun, bahkan dengan pemilik yang paling perhatian sekalipun, ada situasi dan kondisi di mana Rambut mereka bisa menjadi kusam, kurus, atau bahkan rontok. Ini bisa jadi sebagai reaksi terhadap penyakit, menjalani tahap stres atau faktor lain di luar kendali kita.

Oleh karena itu sebagai pemilik kucing, kamu perlu tahu bagaimana cara membuat bulu kucing tumbuh lebih cepat. Namun, sebelum melakukannya, penting untuk dicatat bahwa beberapa ras kucing memiliki rambut pendek secara alami. Jadi kesehatan jauh lebih penting daripada panjang rambut, karena itu jangan mencoba merangsang pertumbuhan rambut yang sebenarnya tidak perlu.

Cara Alami Memanjangkan Bulu Kucing

Rambut kucing diperkirakan akan tumbuh dengan kecepatan berbeda-beda, bisa berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Sementar itu, beberapa aturan dasar untuk mendorong pertumbuhan bulu kucing adalah pola makannya. Inilah sebabnya mengapa kamu  harus memberi perhatian khusus pada nutrisi berikut ini:

  • Protein

Nutrisi ini berpartisipasi dalam pertumbuhan dan struktur bulu. Pertumbuhan Rambut yang sangat lambat dapat terjadi pada kucing yang tidak menerima pasokan protein yang cukup. Jumlah makanan yang kamu sediakan untuk kucing juga penting, tetapi kualitasnya jauh lebih penting. Biosintesis kucing akan bergantung padanya, itulah sebabnya asam amino seperti taurin dan lisin sangat penting.

  • Mineral

Mineral khususnya adalah zink atau seng merupakan nutrisi penting dalam pertumbuhan rambut. Kekurangan seng dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan rambut bahkan mengakibatkan kerontokan rambut di beberapa area.

Nutrisi lain yang penting dalam menghindari masalah rambut dan kulit untuk kucing:

  • Vitamin

Banyak yang diperlukan untuk mendapatkan penampilan dan kekuatan kulit dan rambut yang baik bagi kucing. Oleh karena itu,  kekurangan vitamin dapat menyebabkan alopecia, bintik-bintik botak, dan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

  • Asam Lemak Esensial

Omega 3 dan Omega 6 sangat penting karena tanpa mereka, kucing tidak akan dapat mensintesis sendiri.

Jika kucing kekurangan beberapa nutrisi penting ini, maka pertumbuhan rambutnya jadi lebih lambat. Bahkan kondisi ni juga  bisa membuat mereka mengalami kerontokan Rambut. 

Perawatan Dasar Agar Bulu Cepat Panjang dan Selalu Sehat

Memanjangkan bulu kucing dan menjaganya dalam kondisi optimal juga bisa didasarkan pada beberapa aspek-aspek berikut ini:

  • Kontrol Stres

ini dapat mencegah telogen effluvium (kerontokan bulu kucing secara mendadak karena stres) serta masalah dermatologis lainnya. Stres pada kucing ini bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh, menurunkan pertahanan mereka, dan dapat menyebabkan kondisi yang membuat kerontokan bulu.

  • Menyikat Bulu dengan Lembut

Beberapa kucing akan membutuhkan lebih banyak penyikatan Rambut daripada yang lain, tetapi semua akan mendapat manfaat dari menyikat secara teratur untuk menghilangkan bulu mati dan mendorong pertumbuhan baru.

  • Obat Cacing

Ini juga penting karena kehadiran tungau dan serangga dapat merusak kulit kucing dan menyebabkan kerontokan rambut. Pemberian obat cacing secara teratur akan mencegah hama ini dan mendorong pertumbuhan Rambut yang sehat.

  • Pemeriksaan ke Dokter Hewan

Pemeriksaan dokter hewan secara teratur, setidaknya sekali atau dua kali setahun menandakan bahwa kamu dapat mencegah kondisi apa pun yang mungkin berkembang. Dokter hewan dapat memberikan perawatan saat dibutuhkan dan memastikan mereka sehat untuk menumbuhkan bulunya.

Cara Ampuh Mengatasi Bulu Kucing Rontok

Cara Ampuh Mengatasi Bulu Kucing Rontok

Cara ampuh mengatasi Rambut kucing rontok adalah dengan mengonsultasikannya langsung ke dokter. Lewat konsultasi, kamu bisa tahu penyebab bulu kucing rontok sehingga bisa segera melakukan penanganan yang tepat. Biasanya menyikat bulu secara teratur, memperhatikan pola makan, kebersihan, dan tempat tinggal yang baik dapat mengatasi kerontokan  bulu pada peliharaan.”

Apakah akhir-akhir ini kucingmu mengalami bulu rontok? Kerontokan pada bulu kucing dapat terjadi karena berbagai alasan. Jadi sebelum memutuskan untuk melakukan penanganan, ada baiknya kamu mengidentifikasi penyebab bulu kucing rontok. 

Kerontokan bulu kucing biasanya disebabkan oleh jamur dan parasit, seperti kurap, tungau, atau alergi kutu. Alergi makanan juga bisa menjadi penyebab Rambut kucing rontok. Kondisi metabolisme, seperti hipertiroidisme, masalah saluran kemih yang memicu pusing terus-menerus, dan menjilat juga bisa memicu bulu rontok. Bagaimana cara ampuh mengatasi bulu kucing rontok?

1. Sikat Bulu Kucing Secara Teratur 

Menyikat bulu kucing secara teratur dapat mengurangi kerontokan bulu kucing. Terutama bila bulu kucing panjang. Bulu kucing yang panjang membutuhkan penyikatan supaya bulu kucing lembut, terawat, dan mudah diatur. Dengan melakukan penyikatan teratur, kamu juga bisa update keadaan kesehatan bulu kucingmu.

2. Memandikan Kucing Sebulan Sekali.

Memandikan kucing sebulan sekali adalah upaya menjaga kebersihan kucing. Kucing yang kotor, terinfeksi kutu, jamur dan hama lainnya bisa memicu kerontokan pada bulunya. Mengembalikan kebersihan kucing bisa menjadi cara mengatasi kerontokan pada bulu. 

3. Mengubah Pola Makan Kucing 

Untuk Rambut yang sehat, kucing peliharaan membutuhkan diet seimbang yang kaya akan omega. Pilihlah makanan kucing yang mengandung rasio seimbang antara asam lemak omega-6 dan omega-3 untuk membantu meningkatkan bulu yang sehat dan mencegah kerontokan.

4. Menjaga Kucing Tetap Terhidrasi 

Kucing yang tidak minum cukup air dapat memiliki kulit dan Rambut yang kering, yang mengakibatkan kerontokan. Jadi, pastikan kamu senatiasa menjaga asupan minuman kucingmu dengan mengisi mangkuk air minumnya dengan air bersih, segar, yang siap untuk diminum.

5. Tempat Tinggal yang Nyaman

Berikan tempat tidur yang nyaman untuk kucing supaya kucing bisa beristirahat dengan nyaman dan tenang. Stres juga bisa memicu bulu rontok, makanya menjaga mood kucing tetap positif juga bisa jadi cara mengatasi bulu kucing yang rontok.

6. Periksakan Kucing ke Dokter Hewan

Membawa kucing peliharaan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi bulu kucing rontok. Ada banyak penyakit yang dapat menjadi pemicu kerontokan berlebih pada bulu kucing. Kamu tidak bisa melakukan diagnosis sendiri. Pemeriksaan langsung ke dokter hewan dapat membantu kamu tahu apa penyebab kerontokan pada bulu kucing kesayanganmu. Tunggu apa lagi,

7. Menangani Sesuai Penyebabnya

Tadi sudah disinggung sebelumnya kalau cara terbaik mengatasi bulu kucing rontok adalah dengan menangani penyebabnya. Pengobatan penyakit kulit alergi dapat memakan waktu sedikit lebih lama, tetapi dengan bantuan dokter hewan, kamu dapat melakukan penanganan tepat. Ini termasuk juga bila kucingmu mengalami stres. Penanganan berdasarkan penyebab akan membantu kucing peliharaan mendapatkan perawatan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. 

Ingatlah bahwa kucing biasa mengalami kerontokan bulu dan bulunya akan lebih banyak rontok di waktu-waktu tertentu. Biasanya kondisi ini dikenal sebagai musim ganti bulu kucing dan kerontokan ini terjadi di seluruh tubuh dan tanpa memunculkan kebotakan. Ini bukan sesuatu yang berbahaya. Lain hal bila kerontokan memicu kebotakan signifikan dan disertai dengan gangguan kesehatan lain, segera konsultasikan dengan dokter!

Berbagai Cara Efektif untuk Mengatasi Bulu Kucing Rontok

“Apakah bulu kucing rontok sangat banyak sehingga bikin kamu khawatir? Kondisi kerontokan Rambut pada kucing memang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah kesehatan yang dialami kucing, parasit, hingga stres atau kecemasan yang kucing alami. Oleh karena itu, pengobatan bisa berbeda-beda.”

Apakah kucing peliharaanmu sedang mengalami kerontokan bulu? Jika Rambut kucing rontok tidak terjadi terlalu banyak, maka ini bukan masalah. Namun, jika mereka kehilangan banyak rambut, mungkin ini menunjukkan bahwa ia sedang mengalami masalah kesehatan. 

Apakah kamu memerhatikan bahwa kucing peliharaan terus menggaruk atau menjilat dirinya sendiri? Kucing nyatanya akan menggaruk dan menjilat tubuhnya cukup sering. Namun jika dilakukan terlalu sering, maka bisa menyebabkan rambut rontok, luka kulit, dan infeksi. Jika kucing tampaknya lebih tertarik untuk menjilati bulu mereka, daripada kegiatan lain seperti bermain atau makan, maka ini bisa jadi tanda bahaya. 

Ketahui Dulu Penyebabnya

Bulu kucing rontok atau alopecia adalah masalah umum bagi kucing  . Berbagai faktor dapat berkontribusi pada alopecia kucing. Semakin awal kamu menemukan penyebab rambut rontok, semakin baik kesempatan kucing dapat berhasil diobati.

Ada beberapa penyebab bulu kucing rontok, antara lain:

  • Kondisi Kesehatan Kucing

Ketidakseimbangan hormon, seperti hipertiroidisme atau peningkatan kadar steroid dalam tubuh, dapat menyebabkan kerontokan rambut. Penyebab lain dapat berupa alergi kulit atau reaksi alergi. Selain kehilangan bulu, tanda lain dari alopecia kucing adalah penampilan kemerahan, benjolan, keropeng, atau kehilangan kulit di sekitar area kerontokan rambut. Ini bisa menjadi tanda-tanda bahwa kucing mengidap beberapa bentuk penyakit kulit umum atau bahkan dermatofitosis, meskipun kondisi ini jarang terjadi pada kucing.

  • Parasit

Parasit, seperti kutu, kutu, dan tungau, dapat menyebabkan gatal, peradangan, dan lesi yang juga dapat menyebabkan rambut rontok. Parasit ini dapat menyebabkan kucing jadi lebih sering menjilati tubuhnya. 

  • Masalah Emosional dan Perilaku

Kondisi kesehatan mental pada kucing yang bermanifestasi dalam masalah perilaku, seperti terlalu sering menjilati bulunya sendiri secara berlebihan dapat menyebabkan kerontokan rambut pada kucing, tetapi kondisi ini sulit didiagnosis. Begitu masalah medis lainnya dikesampingkan, ini dapat ditentukan sebagai penyebab Rambut kucing rontok.

  • Sakit Fisik

Rasa sakit mungkin merupakan penyebab lain dari kerontokan rambut pada kucing, yang merasakan nyeri otot atau sendi di bawah kulit. Untuk meringankan rasa sakit, kucing dapat terus menjilat area dan mungkin menjilatnya sehingga mereka dapat menjilat bulu. Bulu kucing rontok juga bisa menjadi efek samping dari minum obat.

Cara Mengatasi Rambut Kucing Rontok 

Ketika kamu membawa kucing ke dokter hewan untuk diagnosis dan perawatan. Langkah pertama adalah mengambil sampel dari permukaan kulit untuk melihat di bawah mikroskop untuk penyebab infeksi, seperti tungau, ragi, dan bakteri. Dokter juga mungkin melakukan biopsi atau kultur kulit juga. 

Dokter juga akan melakukan uji visual untuk mencari kutu dan infeksi lainnya. Jika kondisi normal, dokter hewan kemungkinan akan meminta tes darah untuk menentukan apakah ketidakseimbangan hormon atau tiroid menyebabkan alopecia. Jika penyebabnya masih belum dapat ditemukan, dokter dapat menggunakan berbagai alat pencitraan, seperti sinar-X atau ultrasonografi, untuk mengesampingkan kanker atau kelainan pada kelenjar adrenal.

Setelah diketahui penyebabnya, maka berikut ini cara mengobatinya:

  • Jika alopecia disebabkan oleh gangguan medis, seperti erosi kulit, ketidakseimbangan tiroid, atau ketidakseimbangan hormon lainnya, obat-obatan, dan perawatan topikal tersedia untuk mengobati ini.
  • Jika rambut rontok disebabkan oleh masalah perilaku, kamu perlu menggunakan modifikasi perilaku untuk mengurangi masalah. Perilaku kucing dapat membantu dalam “reteaching” kucing perilaku perawatan yang sesuai. Obat-obatan kecemasan, semprotan feromon sintetis untuk kucing (synthetic feline pheromone), atau alat bantu menenangkan lainnya dapat terbukti bermanfaat juga.

Pengobatan dan pengontrolan kutu juga penting untuk menjaga kucing tetap sehat dan mencegah hama tersebut masuk ke permukaan kulit kucing. Jika kucing kehilangan rambut karena kutu atau kutu, maka kamu juga perlu membersihkan rumah, termasuk tempat tidur kucing, mainan, dan perlengkapan kucing lainnya. Bicaralah dengan dokter hewan tentang cara untuk mengontrol dan mencegah kutu.

SUMBER : WIKIPEDIA , GOOGLE

Axact

ARTIKEL KESEHATAN

Bismillah...Blog ini merangkum beberapa artikel kesehatan yang ada di dunia maya sehingga menjadi sebuah blog kesehatan terpercaya. Kami mengucapkan terima kasih kepada narasumber artikel kesehatan, semoga artikel yang telah di baca banyak orang membawa manfaat dan penulis artikel pertama mendapatkan pahala dari Alloh.

Post A Comment:

0 comments: