Laparotomi adalah prosedur medis yang bertujuan untuk membuka dinding perut agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu atau sebagai prosedur diagnostik. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat sayatan besar pada area di sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian anastesi.
Beberapa contoh kondisi yang
memerlukan laparotomi sebagai bagian dari penanganannya adalah penyumbatan atau
obstruksi usus, perforasi atau kebocoran usus, perdarahan rongga perut, dan
terkadang untuk pengangkatan tumor ganas di sekitar perut. Laparotomi ini dapat
dilakukan sebagai operasi darurat jika kondisi pasien kritis, atau bisa juga
dijadwalkan setelah mendapatkan hasil pemeriksaan terkait.
Indikasi dan
Kontraindikasi Laparotomi
Prosedur laparotomi dapat
dilakukan pada berbagai kondisi, seperti:
- Nyeri
hebat pada perut.
- Perdarahan
gastrointestinal.
- Radang
pada lapisan tipis dinding perut atau peritoneum (peritonitis).
- Robekan
pada organ usus 12 jari (doudenum), lambung, usus halus,
atau organ perut lainnya.
- Divertikulitis, usus
buntu, atau peradangan pada pankreas.
- Penyakit
batu empedu.
- Trauma
atau cedera perut dengan ketidakstabilan hemodinamik atau penetrasi benda
tajam.
- Kanker
atau tumor ganas pada organ di dalam atau di sekitar rongga perut.
- Abses
hati.
- Perlengketan
di rongga perut.
- Kehamilan
ektopik (di luar rahim).
- Pertumbuhan
jaringan endometrium di luar rahim (endometriosis).
Kontraindikasi yang perlu diperhatikan
adalah ketidakcocokan dengan obat anestesi tertentu, umumnya pada penderita
sepsis, tumor ganas, dan kondisi kritis lainnya. Beri tahu kondisi Anda pada
dokter agar tindakan dan obat-obatan dapat disesuaikan.
Peringatan Laparotomi
Jika Anda akan melakukan
prosedur laparotomi, dokter yang menangani Anda akan berkonsultasi dengan
dokter spesialis anestesi untuk menghindari terjadinya efek negatif akibat obat
anestesi.
Sesak napas, perdarahan,
pembekuan darah, dan infeksi merupakan risiko yang dapat terjadi sebagai reaksi
terhadap obat dan tindakan yang dilakukan. Disarankan untuk beristirahat selama
4 minggu atau sesuai saran dokter agar proses pemulihan menyeluruh berjalan
cepat. Anda tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan selama proses pemulihan,
sehingga disarankan untuk menghubungi keluarga atau kerabat untuk mengantarkan
Anda pulang setelah operasi.
Sebelum Laparotomi
Beberapa pemeriksaan yang
mungkin dilakukan dokter sebelum prosedur laparotomi adalah:
- Pemeriksaan
fisik. Umumnya
meliputi pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan fisik secara keseluruhan,
serta pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi pasien siap untuk
menjalani operasi.
- Pemindaian. Pemeriksaan foto Rontgen, CT
Scan dan MRI untuk membantu dokter merencanakan prosedur.
- Pemeriksaan
darah. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk memantau kadar elektrolit, gula darah, serta fungsi
organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.
Pasien diharuskan untuk
berhenti merokok atau minum alkohol beberapa minggu sebelum tindakan laparotomi
dilakukan. Konsumsi obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, vitamin E,
warfarin, clopidogrel, atau ticlopidine juga
harus dihentikan seminggu sebelum jadwal tindakan untuk menghindari kesulitan
pembekuan darah disekitar area operasi. Beberapa saran tambahan yang mungkin
diberikan sebelum melakukan tindakan laparotomi untuk menghindari infeksi usus
meliputi:
- Mengonsumsi
makanan berserat tinggi seperti sayur, buah, roti, dan sereal gandum
sehari atau dua hari sebelum operasi dilakukan.
- Mengonsumsi
6 hingga 8 gelas air putih sehari.
- Mengonsumsi
obat pencahar untuk membersihkan usus. Obat ini akan memicu diare.
Prosedur Laparotomi
Persiapan awal yang akan
dilakukan dokter pada pasien di ruang bedah adalah memberikan anastesi dan
mengosongkan usus untuk menghindari asam lambung berlebih dengan menggunakan
kateter. Obat anestesi umumnya diberikan melalui cairan infus agar pasien
selalu dalam keadaan tertidur selama tindakan. Dokter juga akan membersihkan
bagian perut dengan sabun sebelum operasi dilakukan.
Berikut adalah urutan prosedur
laparotomi:
- Pasien
akan direbahkan pada meja operasi dengan posisi terlentang dan lengan yang
diposisikan di sebelah kanan tubuh.
- Setelah
itu, dokter akan membuat sayatan secara vertikal di tengah, atas, atau
bawah perut. Ukuran sayatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
tindakan yang akan dilakukan. Umumnya, sayatan dibuat di bagian tengah
perut untuk memudahkan menggapai membran lapisan perut (peritoneum) dan
menurunkan risiko perdarahan.
- Setelah
sayatan utama dibuat, dokter akan membuat sayatan lebih dalam melalui
lemak subkutan hingga ke lapisan linea alba. Lapisan
tersebut kemudian dibelah sampai terlihat lemak preperitoneal.
- Dokter
akan menjepit dan mengangkat lapisan peritoneum menggunakan
forsep, di dekat garis sayatan. Tahap ini akan dilakukan dengan
perlahan-lahan agar tidak melukai usus atau organ lainnya.
- Tahap
berikutnya adalah melakukan eksplorasi. Di sini dokter akan memeriksa jika
terdapat perdarahan, robekan, cedera, tumor, atau kelainan organ internal
lainnya. Tindakan lanjutan seperti pembersihan dan pembilasan rongga perut
menggunakan kateter, penjahitan organ yang bocor, atau pengangkatan tumor,
akan dilakukan.
- Setelah
seluruh proses dilakukan, dokter akan memeriksa kondisi organ perut dan
sekitarnya sebelum menjahitnya kembali. Dinding perut bisa dijahit
menggunakan benang bedah dengan daya serap rendah (polypropylene) atau
dengan daya serap baik (polydioxanone). Umumnya, jahitan
akan dimulai dari jarak 1 cm dari ujung linea alba, dilanjutkan dengan
menjahit di antara sayatan yang dibuat.
- Jika
pasien mengalami pembengkakan atau penggembungan usus, dokter akan
melakukan penjahitan sementara untuk menghindari komplikasi pasca operasi
seperti peningkatan tekanan intra abdomen (IAP), gangguan pernapasan
karena adanya penekanan ke diafragma dan rongga dada, rasa nyeri pada
perut, atau robekan pada jahitan. Jahitan sementara tersebut akan
diperkuat saat pembengkakan sudah berkurang.
Sesudah Laparotomi
Sesaat setelah tindakan
laparotomi dilakukan, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan untuk
observasi lebih lanjut. Bagi pasien yang melakukan laparotomi darurat, dokter
mungkin akan memindahkan pasien ke ruang ICU agar dapat dipantau secara
intensif. Dokter akan memberikan obat pereda rasa nyeri seperti paracetamol atau morphine, sesuai
tingkatan nyeri yang dialami. Obat antiemetik juga akan diberikan untuk
mengurangi rasa kembung dan mual. Fisioterapi dan olahraga ringan mungkin akan
dianjurkan, khususnya bagi pasien yang menjalani tindakan laparotomi darurat
untuk mengembalikan kekuatan tubuh dan menghindari risiko penggumpalan darah.
Pasien akan diminta untuk tidak banyak bergerak, sebelum dokter mengizinkan.
Pada saat pemulihan, asupan
nutrisi yang baik perlu diperhatikan agar tidak membebani fungsi pencernaan.
Jika pasien tidak mampu mengonsumsi makanan atau minuman apa pun, dokter akan
memberikan cairan infus sebagai pengganti makanan.
Segera konsultasikan dengan
dokter jika pasien merasakan demam dan nyeri hebat setelah operasi.
Komplikasi Laparotomi
Tindakan laparotomi, baik
secara darurat atau terjadwal, berisiko mengakibatkan komplikasi. Beberapa
risiko yang bisa terjadi sesaat setelah operasi adalah:
- Terhentinya
gerakan peristaltik usus (ileus paralitik).
- Penumpukan
nanah di dalam organ tubuh (abses).
- Infeksi
pada luka operasi.
- Terbukanya
jahitan pada dinding perut.
- Terbentuknya
lubang pada saluran cerna (enterocutaneous fistula/ECF).
- Kolaps
pada paru dikarenakan penyumbatan pada bronkus atau bronkiolus
(atelektasis paru).
- Hernia
insisional.
- Obstruksi
usus.
- Perdarahan
Penanganan
cepat perlu dilakukan jika pasien mengalami sumbatan karena gumpalan darah pada
lengan atau tungkai, kerusakan organ tubuh seperti ginjal, paru-paru, limpa,
atau apabila terjadi perlengketan pada rongga perut.
Post A Comment:
0 comments: