Pembuluh darah pecah di otak merupakan kondisi yang dapat berakibat fatal. Tak hanya merusak otak, kondisi ini juga dapat membahayakan nyawa. Oleh karena itu, ketahui apa saja penyebab pecahnya pembuluh darah otak agar dapat diwaspadai dan dihindari.
Pembuluh darah berfungsi untuk
memastikan asupan oksigen dan nutrisi ke seluruh organ dan jaringan tubuh telah
terpenuhi. Karena perannya yang begitu penting, sangat berbahaya bila pembuluh
darah tidak berfungsi atau bahkan pecah.
Pecahnya pembuluh darah bisa
terjadi di berbagai bagian tubuh dan salah satunya adalah otak. Jika pembuluh
darah pecah terjadi di otak, kondisi ini dapat memicu perdarahan otak (brain
hemorrhage). Perdarahan ini bisa berakibat fatal karena mengakibatkan pembengkakan
otak dan matinya sel-sel otak
Faktor Risiko dan Penyebab
Pembuluh Darah Pecah di Otak
Ada beberapa kondisi yang
dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak, yaitu:
1. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi
atau hipertensi yang dialami selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah di otak menjadi rapuh. Jika tidak segera
diobati, hipertensi bisa menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan otak.
2. Gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan merokok,
konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan penggunaan obat-obatan
terlarang, seperti heroin dan kokain, dapat mengakibatkan terganggunya fungsi
otak.
Bahkan, senyawa berbahaya yang
terkandung di dalam rokok, minuman beralkohol, dan narkoba juga dapat memicu
pecahnya pembuluh darah di otak.
3. Cedera kepala
Cedera kepala adalah salah
satu penyebab paling umum terjadinya perdarahan otak pada orang-orang yang
berusia di bawah 50 tahun. Cedera di kepala dapat terjadi akibat terjatuh atau
kecelakaan lalu lintas.
4. Aneurisma
Aneurisma adalah
kondisi ketika terjadi pembesaran pembuluh darah akibat melemahnya dinding
pembuluh darah. Jika sudah parah, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan
banyak darah masuk ke otak, sehingga menimbulkan stroke.
Penyebab aneurisma belum
diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor
genetik dan kelainan pembentukan pembuluh darah otak.
5. Angiopati amiloid
Kondisi ini disebabkan adanya
kelainan dinding pembuluh darah akibat penumpukan protein beta amiloid.
Angiopati amiloid kerap dialami oleh lansia dan penderita demensia atau
penyakit Alzheimer.
6. Kelainan pembuluh darah
Kelainan pembuluh darah bisa
berupa lemahnya pembuluh darah di sekitar otak atau pembuluh darah terlalu
besar. Kelainan ini bisa diderita sejak lahir meski jarang terjadi.
7. Gangguan hati
Pada penyakit hati berat,
gangguan pada produksi faktor pembekuan darah bisa terjadi.
Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan internal dI berbagai
bagian tubuh, termasuk otak.
8. Kelainan darah
Kelainan darah atau kelainan
pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia sel
sabit, bisa berdampak pada terjadinya penurunan kadar trombosit darah.
Selain beberapa penyebab di
atas, ada pula faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya
pembuluh darah pecah di otak, yaitu adanya tumor otak dan efek
samping obat pengencer darah.
Gejala Pembuluh Darah Pecah
Jika seseorang mengalami pecah
pembuluh darah di otak, ada beberapa gejala dapat muncul, di antaranya:
- Sakit
kepala hebat
yang datang secara mendadak
- Kesemutan
atau kelumpuhan di wajah, lengan, atau kaki secara
mendadak
- Gangguan
penglihatan, baik pada salah satu mata atau keduanya
- Sulit
menelan
- Sulit
mengendalikan koordinasi tubuh dan hilang keseimbangan
- Muntah-muntah
- Hilang
kesadaran, lesu, mengantuk, dan tidak sadar akan keadaan di sekitarnya
- Kesulitan
menulis, bicara, membaca, atau memahami sesuatu
- Sering
kebingungan atau mengigau
Penanganan Medis bagi
Penderita Stroke Akibat Pembuluh Darah Pecah
Bila stroke terjadi akibat
pecahnya pembuluh darah otak, penderita harus dibawa ke unit gawat darurat
rumah sakit untuk mendapat penanganan medis yang memadai.
Pasien dengan pembuluh darah
pecah perlu segera mendapat penanganan dalam bentuk obat-obatan untuk
menstabilkan tekanan darah dan bantuan pernapasan bila kadar oksigen dalam
darah berkurang atau pasien mengalami koma.
Jika diperlukan, pasien bisa
diberi napas buatan dengan ventilator untuk
memastikan otak dan organ tubuh mendapatkan cukup oksigen. Pemberian
cairan dan obat-obatan bisa diberikan melalui infus.
Obat-obatan pereda nyeri,
kortikosteroid, antikejang, dan obat untuk mengurangi pembengkakan otak juga
dapat diberikan sesuai tingkat keparahan kondisi yang diderita.
Di rumah sakit, pasien perlu
menjalani observasi secara ketat. Tanda-tanda vital, seperti irama jantung,
kadar oksigen darah, tekanan darah dan laju pernapasan, hingga pemantauan
tekanan rongga kepala juga perlu dipantau dengan ketat.
Setelah kondisi pasien stabil,
akan ditentukan langkah selanjutnya untuk mengobati perdarahan yang terjadi,
misalnya apakah pasien membutuhkan operasi atau tidak.
Banyak pasien yang bisa
bertahan hidup setelah mengalami perdarahan otak akibat pembuluh darah pecah.
Namun, peluang tersebut akan menurun jika perdarahan awal terlalu parah atau
tidak segera mendapat pertolongan medis sejak awal munculnya gejala.
Sebagian pasien yang selamat
dari pembuluh darah pecah di otak berkemungkinan tetap mengalami masalah
sensoris, kejang, sakit kepala, susah tidur, atau
masalah ingatan. Oleh karena itu, bagi mereka yang selamat dari kondisi ini
tetap membutuhkan terapi tambahan lain, mulai dari fisioterapi hingga terapi
bicara.
Perbaiki Pola Hidup Mulai
dari Sekarang
Pembuluh darah pecah adalah
kondisi yang umumnya bisa dicegah. Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan
menghentikan kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko pecahnya pembuluh
darah, seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Selain itu, menerapkan pola
hidup sehat juga penting dilakukan, yaitu dengan konsumsi makanan bergizi
seimbang dan olahraga secara rutin setidaknya 30 menit setiap hari.
Bagi Anda yang menderita
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, mengobati keduanya akan memperkecil
risiko terjadinya pembuluh darah pecah di otak. Bagi penderita diabetes, menjaga kadar
gula darah normal juga bisa mengurangi risiko terjadinya kondisi ini.
Pembuluh
darah pecah di otak adalah kondisi kegawatdaruratan medis yang perlu segera
mendapat penanganan di rumah sakit. Semakin cepat penanganan dilakukan
oleh dokter, semakin tinggi kemungkinan pemulihannya. Bila
kondisi ini terlambat ditangani, risiko terjadinya komplikasi yang fatal pun
akan semakin tinggi.
Post A Comment:
0 comments: