Pengaruh Hormon Pada Kestabilan Emosi Wanita

ARTIKEL KESEHATAN : Perubahan hormonal dapat terjadi pada wanita setelah melahirkan yang menyebabkan terganggunya kestabilan emosional. tanda dan gejala yang sering kali dialami adalah mengalami rasa sedih tanpa sebab yang jelas, mudah marah, mudah tersinggung, dan menangis tanpa sebab yang jelas. hal ini pada umumnya dikenal dengan istilah baby blues syndrome.

Wanita pada umumnya mengalami perubahan hormon pada beberapa kondisi yaitu ketika pada masa pre menstruasi syndrome, masa menopause, masa puber, masa kehamilan, dan masa setelah kehamilan. Perubahan hormon ini menyebabkan perubahan suasana hati, berat badan, nafsu makan dan keinginan untuk berhubungan seks. Efek dari perubahan hormon ini sering kali menyebabkan wanita kehilangan kontrol dan cenderung mengalami stress, kecemasan, dan depresi.
Masa puber
Perubahan hormon selama masa puber dapat meningkatkan resiko terjadinya perubahan emosi. Perubahan emosi pada masa pubertas memiliki resiko rendah untuk terjadi depresi. Terjadinya depresi pada masa pubertas dipengaruhi oleh kondisi lain seperti :
  • Perubahan organ seksual pada fisik
  • Konflik dengan orang tua
  • Tekanan pada lingkungan sekolah dan sosial
Perempuan yang sudah mengalami masa puber memiliki resiko lebih tinggi untuk depresi dari pada laki-laki.
Masa pre-menstrual syndrome
Pada masa pre-menstrual syndrome (PMS) pada umumnya mengalami gejala seperti perut kembung, nyeri pada payudara, sakit kepala, gelisah, mudah tersinggung dan mengalami kesedihan tanpa sebab dalam waktu singkat. Namun pada beberapa wanit mengalami PMS yang parah hingga mengganggu kegiatan sehari-hari.
Dampak dari masa PMS disebabkan oleh kemungkinan perubahan siklus estrogen, progesteron, dan hormon lainnya yang dapat mengganggu fungsi senyawa kimia otak seperti serotonin yang bertugas mengontrol emosi. Selain karena gangguan hormon, perubahan emosi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kondisi keluarga atau kondisi lingkungan sosial.
Masa kehamilan
Perubahan hormonal secara dramatis terjadi selama masa kehamilan dan dapat mempengaruhi kondisi emosional. Terdapat faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi selama masa kehamilan, seperti 
  • Meningkatnya stress karena gaya hidup atau perubahan pekerjaan.
  • Masalah pada hubungan dengan keluarga
  • Sudah mengalami depresi sebelum mengalami kehamilan
  • Kurang mendapat dukungan sosial
  • Mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
  • Mengalami keguguran
  • Menghentikan penggunaan obat antidepresan
Masa setelah kehamilan
Perubahan hormonal setelah melahirkan dapat menyebabkan terganggunya kestabilan emosional. Tanda dan gejala yang sering kali terjadi adalah mengalami sedih, marah, mudah tersinggung, dan mudah menangis tanpa sebab yang jelas. Hal tersebut dikenal dengan istilah baby blues syndrome merupakan kondisi normal dialami oleh wanita setelah melahirkan. Baby blues syndrome dialami selama satu atau dua minggu, jika lebih dari rentang waktu tersebut meningkatkan resiko terjadinya depresi pasca melahirkan. Berikut tanda-tanda terjadinya depresi pasca melahirkan :

  • Merasa rendah diri atau timbul perasaan seperti seorang ibu yang buruk.
  • Mengalami kecemasan atau mati rasa
  • Mengalami kesulitan tidur
  • Mengalami ketidakmampuan merawat bayi
  • Memiliki pemikiran merugikan bayi
  • Memiliki pemikiran untuk bunuh diri
Sekitar 10-15% wanita mengalami depresi setelah melahirkan dan membutuhkan terapi pengobatan. Depresi yang terjadi dipengaruhi oleh :
  • Perubahan hormon yang dapat mempengaruhi kondisi emosi
  • Tanggung jawab untuk merawat bayi yang baru lahir
  • Mengalami komplikasi kelahiran
  • Mengalami masalah menyusui
  • Bayi mengalami komplikasi atau cacat lahir
  • Tidak atau kurang mendapatkan dukungan dari keluarga
Masa pre-menopause dan menopause
Resiko terjadinya depresi dapat meningkat ketika pada masa pre-menopause karena peningkatan hormon yang tidak menentu. Resiko depresi juga dapat meningkat selama menopause atau setelah menopause karena terjadi penurunan hormon estrogen secara signifikan. Pada umumnya wanita mengalami gejala menopause yang mengganggu namun tidak menyebabkan depresi. Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan resiko depresi :
  • Mengalami masalah tidur
  • Mengalami kecemasan atau memiliki riwayat depresi
  • Mengalami stress karena masalah pribadi
  • Mengalami obesitas
  • Mengalami menoupause dini
  • Menopause yang disebabkan oleh operasi pengangkatan indung telur
Berkonsultasi dengan dokter, psikiater atau terapis jika mengalami tanda dan gejala ketidakstabilan emosi. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya keparahan gangguan emosi menjadi sebuah depresi.
Axact

ARTIKEL KESEHATAN

Bismillah...Blog ini merangkum beberapa artikel kesehatan yang ada di dunia maya sehingga menjadi sebuah blog kesehatan terpercaya. Kami mengucapkan terima kasih kepada narasumber artikel kesehatan, semoga artikel yang telah di baca banyak orang membawa manfaat dan penulis artikel pertama mendapatkan pahala dari Alloh.

Post A Comment:

0 comments: